Prakata: Aaaaah.. Akhirnya, seesai juga trilogi yang fantastis ini. Sebuah pengalaman yang luarbiasa di hari yang biasa. Mudah-mudahan cerita ini bisa memberi hiburan dan inspirasi. Perlu ku beritahukan bahwa kisah ini adalah nyata adanya. Jadi jika terdapat perbedaan nama dan keabstarkan tempat, itu disengaja demi kebutuhan penulisan saja. Terimaksah untuk apresiasi yang teman-teman fbers berikan selama ini. Just keep posting your comments, guys...
Gerbang itu berpendar keemasan diterpa cahaya sore yang semakin menguning. Di dalam sana, Avatar yang ku impikan terbentang penuh warna memanjakan obsesi. Dan, sebentar lagi, aku akan bertualang nyaman diantara kisah dan pesona sebuah maha karya. Rona bahagia semburat jelas menjalari auraku yang semakin bersemangat mendapati Avatar hanya dalam jangkauan pasti. Namun, kesabaranku kembali diuji dalam penantian saat masa terjadwal melantunkan gema penyambutan dan gerbang Avatar pun akan menjeblak terbuka.
"Wah... Sampai juga akhirnya."
"Belum waktunya, sebentar lagi. Jalan-jalan dulu deh.."
Ku ayunkan langkah dengan riang berkeliling ke area pertokoan mall yang megah. Aneka tawaran menggiurkan langsung menyambut, membayangi kehadiranku. Bermacam produk prestisius berusaha merangkul gengsi menuntut aksi. Membuatku berjuang keras melawan keinginan dengan mengalihkan tatapan tiap kali keinginan penuh minat menjalari naluri. Aku mengikat kesadaran agar teguh bertahan. Ayolah.. Jangan mau tertipu iklan!
"Pergi makan dulu deh.." pikirku sambil menepis godaan untuk memiliki pernak-pernik seru. Perangai konsumtifku memberontak. Tapi tidak! Aku pun berlalu mengangkat dagu meneguhkan hati.
Tap! Tiba-tiba aku tersentak kaku. Tatapanku beralih dari deretan pajangan menggiurkan ke sesuatu yang meluncur cepat menjauhiku. Apa itu?! Rasanya, aku telah menendang sesuatu. Aku mendekati benda yang tadi terlempar dan mendarat di kaki sebuah munekin wanita berpakaian seksi. Sebuah dompet. Berbahan kulit, agak usang tapi kelihatan, tapi kelihatannya mahal. Rasa penasaran menguasaiku. Dengan tingkah agak kikuk mengawasi sekitar, aku memungut dompet tersebut dan buru-buru mengantonginya, was-was kalau ada yang memperhatikan tingkah ku. Kemudian aku melanjutkan langkah dengan sikap senormal mungkin meninggalkan tempat itu. Menyadari ada beberapa pasang mata memperhatikan aku mempercepat langkah dan beranjak pergi diiringi tatapan heran sejumlah pramuniaga yang sedamh berjaga di depan sebuah stand...
"Ini pesanannya, Mas. Silahkan.."
"Oh ya.. Terima kasih."
Pramusaji itu tersenyum ramah dan berbalik meninggalkan aku dalam kegelisahan yang terpendam. Mengabaikan makanan hangat yang sudah tersaji mengepulkan asap tipis yang menguarkan aroma lezat, spontan saja aku merogoh kantong celana dan mengeluarkan dompet yang tadi ku pungut. Sekali lagi memperhatikan sekeliling dan membuka lipatan dompet kulit tersebut. Wow! Ada banyak kartu terselip berderet, lembaran-lembaran nota penarikan bank, foto pernikahan 9sepertinya pasangan yang bahagia), dan deretan kartu nama. Ku buka lipatan berikutnya. KTP, SIM, Club Member Card, NPWP dan beberapa kartu nama. Ku periksa kantong dimana seharusnya uang berada, terdapat beberapa lembaran Dolar Singapura, tak ada Rupiah. Semua lengkap; Master Card, Visa, Kartu Asuransi, beberapa ATM dari bank berbeda, KTP area Makasar, SIM area Painan (Sumbar), dan sejumlah kartu nama. Tapi yang mana Pemiliknya?! Ku periksa deretan kartu nama itu satu persatu mencari profil dan alamat si pemilik dompet tersebut. Dan dari semua kartu aku bmenyimpulkan sebuah nama, Luqmanul Mukmin. Seorang eksekutif muda, CEO sebuah perusahaan swasta.
"Apa yang harus ku lakukan?" Sejenak ide-ide liar berkecamuk dalam benakku. Pasti pemiliknya orang kaya. Dolar dan begitu banyak kartu.. Kembali ku perhatikan foto mesra itu, seorang pria berkulit agak gelap dengan seorang wanita berpose mesra sangat kentara penuh cinta. Ku tarik kartu nama berwarna kuning gading itu, kembali membaca data-data yang tertera di sana. Bagaimana ini? Ada beberapa nomor telepon tertera di sana. Nomor telepon kantor, nomor fax, email, dan.. Aha! Nomor handphone. 081188xxxxx. Beda operator. Kalau ku telepon pasti biaya interkoneksinya menguras pulsa ku yang meemang sudah mini. SMS saja deh!
"Maaf, apakah ini Bpk. Luqmanul? Aku baru saja menemukan sebuah dompet kulitdengan nama anda di KTPnya. Jika benar anda kehilangan, silahkan hub no. SMS ini"
Jari-jariku berkutat menari memencet tombol keypad dengan cekatan.
Send.. Sekarang tinggal menunggu balasan.
"That was before the great depression kicked in and rocked us. And that was before the hurricane came in and stopped us. I told you to leave, but you lied to me.
When you said that, baby no worries I promise to get us back. I know sorries, just wouldn't do it, Her Heart is obliterated, I'm trying to travel through
But it's like moving mountains.. It's like moving mountains..."***
Baru beberapa suapan, ketika aku terkesiap dikagetkan oleh lantunan suara Usher dengan Moving Mountain di handphone ku yang bergetar riuh di atas meja. Aku melongok memperhatikan layarnya. New number, 081188xxxxx. Wah, langsung direspon rupanya.
"Hallo.."
"Ya, Hallo.. Saya terima SMS yang anda kirim tadi. Maaf, ini dengan siapa saya bicara ya?"
"Oh iya, saya Benimo. Memang tadi saya SMS bapak soal dompet. Anda Bpk. Luqmanul?"
"Iya Mas Beni. Saya Luqmanul. memang saya kehilangan dompet tadi siang, dan saya panik sekali. Untung Mas menemukannya. Kita bisa ketemu? Mas berada di daerah mana? Dimana saya bisa menemui Mas Beni?"
"Oke, baiklah. Saat ini saya berada di......"
Demikianlah. Kami mengatur janji untuk langsung bertemu di mana aku berada saat itu. Ada perasaan was-was bercampur lega di hati. Sudah ku putuskan dengan pasti bahwa aku akan meunggu si pemilik dompet tersebut dan mengembalikannya. kuncup-kuncup keingintahuan dan rasa penasara mengembang dalam pikiranku. Untuk beberapa saat terpaku dalam hayalan da tersadar ketika aku melihat makanan terhidan yang cukup lama terabaikan. Jadi ku mulai menyeruput minuman dingin dan menyuap makanan yang cukup menggiurkan tersebut. Tapi di tengah keasyikanku menikmati sepotong daging ayam renyah, hanphone ku kembali berdering memperdengarkan Usher bersenadung riuh (Ah aku tak pernah bosan mendengarkan lagu itu). ternyata si pemilik dompet menelpon lgi, mengatakan bahwa ia tak jadi bisa datang karena alasan tertentu dan mengatur janji pertemuan untuk esok harinya. (Besoknya aku benar-benar bertemu dengan si Bapak Luqmanul yang kharismatik. Diawali dengan sedikit berbasa-basi, ku kembalikan dompetnya, dan menerima ucapan terima kasih penuh kelegaan, plus bonus; traktiran makan di resto and reward Rp.500.000,-. Imbalan yang tak pernah ku coba bayangkan sebelum bertemu dengannya). Berikutnya, ketulusan niat merembes sejuk di hati ku, dan kepuasan bahwa aku akan melakukan perbuatan baik terasa akan meminimkan begitu banyak keburukan yang pernah ada dalam kehidupanku sendiri. Ternyata tak begitu susah menuai pahala. Kuncinya hanyalah ikhlas. Tersadar dari lamunan, aku langsung melanjutkan menyantap makanan yang masih tersisa, meninggalkan foodcourt tersebut dan penuh bahagia menuju Avatar. Melangkah dengan riang serasa berjalan menembus mimpi memasuki keajaiban yang sangat jarang terjadi. Di depanku, Avatar membentang penuh imajinasi. Dan aku tak lagi bermimpi ketika Avatar berakhir penuh kenangan. Sungguh satu hari yang penuh sensasi diiringi melodi-melodi kesaharian yang mengejutkan, menggugah hari biasaku menjadi sangat luar biasa. So unforgetable.
***Moving Mountain performed by Usher
SEE ALSO The Previous Stories: Journey To Avatar, Part I dan Part II
SOCIALIZE IT →