
Apa itu agnostik? Agnostisisme adalah suatu pandangan filosofis bahwa suatu nilai kebenaran dari suatu klaim tertentu yang umumnya berkaitan dengan teologi, metafisika, keberadaan Tuhan, dewa, dan lainnya yang tidak dapat diketahui dengan akal pikiran manusia yang terbatas. Seorang agnostik mengatakan bahwa adalah tidak mungkin untuk dapat mengetahui secara definitif pengetahuan tentang "Yang-Mutlak"; atau , dapat dikatakan juga, bahwa walaupun perasaan secara subyektif dimungkinkan, namun secara obyektif pada dasarnya mereka tidak memiliki informasi yang dapat diverifikasi (Wikipwdia). Dalam kedua hal ini maka agnostisisme mengandung unsur skeptisisme. Agnostisisme berasal dari perkataan Yunani gnostein (tahu) dan a (tidak). Arti harfiahnya "seseorang yang tidak mengetahui". Agnostisisme tidak sinonim dengan ateisme.
Dengan demikian, agnostik dapat disimpulkan sebagai ideologi yang berpendapat bahwa keberadaan Tuhan serta hal-hal supranatural lainnya tidak bisa dibuktikan, atau setidaknya belum bisa dibuktikan sampai saat ini. Seorang agnostik menolak segala bentuk dogma dan indoktrinasi yang terdapat dalam agama atau ideologi apa pun. Paham yang dipegang oleh agnostik disebut sebagai Agnostisisme. Dengan menjadi agnostik, maka seseorang telah membebaskan pikiran kita dari segala bentuk takhayul dan pembodohan tentang Tuhan. Kebebasan berpikir akan berimplikasi pada kebebasan sesorang dalam menjalani hidup dari segala dogma dan aturan yang selama ini dipaksakan atas nama Tuhan.
Selanjutnya aku menyimpulkan bahwa agnostisisme jelas sangat berbeda dengan atheisme, orang-orang yang atheis mutlak tidak percaya terhadap adanya Tuhan sedangkan agnostik percaya bahwa tidak ada seorang pun yang mengetahui ekasistensi (ada tidaknya) Tuhan. Bahwa urusan mengenai Tuhan adalah bentuk pengetahuan yang tidak bisa dijangkau oleh akal pikiran manusia. Para penganut agnotisisme adalah kaum yang terjebak akan keraguan dan ketidak tahuan mereka akan keberadaan Tuhan. Banyak orang yang mempunyai persepsi berbeda terhadap makna sejati agnostik. Sebagian orang berpendapat bahwa para penganut agnotikisme adalah orang-orang yang percaya akan adanya Tuhan, namun memilih untuk tidak beragama sebagai instrumen perantara yang mengikat. Hal ini disebabkan keraguan mereka terhadap mengadanya suatu agama. Mereka beranggapan bahwa agama hanya dijadikan sebagai ladang kekuasaan, alih-alih perantara terhadap sang khalik. Kaum ini menelaah begitu banyak agama sebelum memutuskan untuk memilih tidak beragama. Pernyataan yang dapat menjawab kenapa keberadaan kaum agnostik cukup langka jika dibandingkan dengan penganut atheisme.
Dewasa ini hak-hak pribadi manusia dijunjung tinggi dan begitu diperjuangkan. Namun, identitas keagamaan yang merupakan salah satu hak pribadi manusia masih saja menjadi sebuah hal yang selalu saja ditelisik dengan penuh konspirasi. Hal ini disebabkan adanya isu-isu global yang membebani salah satu atau beberapa agama tertentu. Isu yang paling gencar adalah terorisme. Entah kenapa masyarakat dunia khususnya barat mengidentikkan agama Islam dengan terorisme. Orang-orang berjambang dan berjilbab (umumnya warga dan keturunan arab) dicurigai dan diawasi layaknya para penyusup yang setiap saat dapat melontarkan bom ke segala penjuru negara.
Dalam ketegangan seperti ini, beberapa diantara mereka melahirkan sebuah pemahaman baru yang menyalahkan keberadaan agama. Mereka berpendapat bahwa menjadi agnostik merupakan pilihan yang sexy dan cool di abad ini. Dengan bangga mereka akan mengaku sebagai seorang agnostik, sehingga tak perlu takut dicurigai dan diawasi. Bahkan sebagian mereka merasa senang karena dapat menikah dengan siapapun sesuai dengan keinginan mereka. Tidak ada perbedaan agama yang dapat mengakibatkan mereka berpisah dari pasangannya. Lalu apakah agnostik hanya dijadikan sebagai bentuk pelarian?
Para penganut agnostikisme tidak terlahir begitu saja sebagai agnostik, mereka menjadi agnostik setelah melewati pengalaman intelektual. Agnostik berpendapat bahwa ada tidaknya Tuhan merupakan suatu hal yang tidak mempengaruhi kehidupan mereka, bukan berarti mereka tidak percaya terhadap Tuhan. Hanya saja mereka ragu dan berpendapat bahwa urusan Tuhan tidak biasa dijangkau akal pikiran. Ketidak tahuan manusia yang beragama akan martabat rasa dapat menjadikan mereka takut dan lari dari zona ketidaknyamanan (berbentuk ancaman, ketidak puasan, keraguan dll.). Mereka akan beralih ke zona netral, alih-alih untuk menghindar. Maka lahirlah agnostik yang mereka anggap sebagai sebuah pilihan.
Pada kenyataannya, agnostisisme memang bukan sebuah agama, tapi sebuah metode dan cara berpikir yang mengedepankan skeptisisme. Oleh karena itu, seorang agnostik adalah orang yang mampu berpikir kritis dan selalu menyandarkan keyakinannya pada bukti-bukti empiris. Jika seseorang telah berani meletakkan tanda tanya di setiap hal yang sebelumnya kamu yakini begitu saja, maka seseorang sudah dapat disebut sebagai seorang agnostik. Pada akhirnya, sebuah bentuk pelarian atau pun bukan, para penganut agnostisisme toh telah memilih, dan tak ada yang menyangkal bahwa segala sesuatu yang dipilih adalah sebuah pilihan yang benar ata salah. Tergantung bagaimana seseorang memandang dan memahaminya lewat jendela hati dan rasa. Bukan hanya lewat pengalaman intelektual “buta” semata.
*Dari berbagai sumber
Menurut saya, pemikiran agnostik bisa jadi sangat menjebak ketika isu-isu agama mencuat kepermukaan belakangan ini. Terosrisme adalah satu contoh yang menjadikan islam sebagai 'momok' yang menghalalkan jihad, walau pada kenyataannya jelas Islam tak mensejajarkan jihad yang suci dgn terorisme yang kejam. Namun fenomena ini bisa meujuk para penganut theisme menjadi agnostik, percaya tuhan tapi tidak menganut agama mana pun karn mereka berpikir agama sudah 'terkontamisasi'... Masyaallah.
BalasHapusSaya resa enclusure anda agak ambigu. Bagi saya agnostisisme adalah pembodohan itu sendiri, dan agak sejalan dengan atheisme walaupun berbeda secara praktis. Saya rasa, paham ini merupakan sikap apatis orang-orang yg mragukan keyakinannya. Merasa agama adalah sebuah doktrin padahal agama adalah tuntunan. Yah, walau bagaimana pun kepercayaan adalah hak dasar manusia, tapi agnostik menjadikan manusia terasa sombong. Mengesampingkan ketuhanan dan ajarannya yang justru akan mengaburkan batasan norma sosial. Saya tidak setuju dgn sikap liberal dalam agnostisisme yg mengaburkan kemurnian agama sbg sesuatu yg sakral.
BalasHapusOver all, tulisan yg cukup informatif. Good luck.
Aku memang baru mengenal istilah agnostik ini. Tapi aku paham fenomena ini bukanlah hal baru, hanya saja perkembangannya semakin santer belakangan ini sejak isu agama menjadi momok menakutka bagi banyak orang. Agnostisisme sudah menjadi hal yg bisa di negara barat dimana agama/ajaran ketuhanan dipisahkan dari kehidupan bernegara. Agama menjadi hal yg tidak diperhitungkan dlm kehidupan berbabgsa dan bernegara di sana, dan diserahkan sebagai hak personal sepenuhnya. Krn itulah, agnostik merupakan pilihan yg lazim. Apalagi ketika isu agama sbg sumber perpecahan di negara2 timur dan terorisme yg dikonotasikan sbg ajaran agama membuat agnostisisme sbg pilihan yg nyaman unk org2 yg ingin netral dan tidak ingin dipusingkan oleh ajaran/larangan agama. Dan, saya tidak setuju jika agnostisisme menjadi paham yg berkembang di Indonesia krn Indonesia adalah negara ketuhanan (Pancasila: sila pertama).
BalasHapusagnostik ? dia ga bisa bilang tuhan itu ada atau ga ada ..
BalasHapusini pndangan seseorang yang ragu