So, this is the end...
After all these years she has colored my day with flowers of love but now it ends. Pupus sudah mimpi yang tadi ku bangun dengan harapan. Aku sudah akan hidup dalam mimpi itu tapi harapan direnggut paksa dari genggamanku, tak menyisakan apa-apa selain hati yang patah, berdarah dan kehampaan. Dia lah cinta yang selama ini ku cari di antara puing-puing jiwa, lebih berpengaruh, mempesonakan, membahagiakan, dan tadinya ku harap akan menjadi pelabuhan terakhir dari petualangan romansa dalam samudera kehidupan yang luas dan menyesatkan ini. Tapi takdir berkata lain, kesempurnaan cinta yang tampak menjanjikan menjadi kabur tertutup embun dingin sisa hujan semalam. Sungguh ironis, dia pergi karna hatinya sudah terbagi ketika hatiku siap ku beri seutuhnya. Cintaku yang berharga tumbuh berdigdaya dan sekarang terbuang sia-sia.
Empat, lima tahun berlalu tanpa terasa bersama cita cinta, dan air mata terkuras tak berguna. Rasanya kisah ini bergulir begitu lama, sedari hatiku tak punya apa-apa hingga ku rasa akan berakhir bahagia. Kasih tumbuh dan menggila merajai hati yang dulu hampa namun hilang hanya dalam sekejap mata. Tadinya ia indah dgn cinta yg berbinar di matanya, menatapku dengan setia dan mengikuti langkahku hingga ke ujung dunia dimana aku berupaya mencari makna hidup dan kehidupan di dunia nyata. Kala itu hatiku selalu punya tempat untuk pulang walau pun ragaku tersesat diantara rumitnya hidup jauh dari orang-orang yg peduli, jauh dari jangkauan tangannya yg terbuka ingin memelukku dengan mesra penuh harap. Pikiranku terhibur walau kesulitan hidup menderaku silih berganti tanpa belas kasihan. Dia tampak begitu anggun dengan setangkai cinta yang mekar menebarkan aroma surga di genggamannya. Dan aku seakan mengabaikannya karena aku larut dalam pencarianku yg tak berujung, membinggungkan dan tak akan pernah mudah. Aku tak berhasil mendapatkan posisiku, sebentuk makna hidup dalam kehidupan yang semakin rumit dan tak lagi bisa diartikan dgn sederhana. Ketekunanku pada jalan dimana aku berusaha membangun cita tanpa sengaja telah membuat aku telah mengabaikan cinta. Mengesampingkan dia yg berdo'a dan setia untuk ku. Tapi pada akhirnya itu menjadi ujian dan pengujian cinta untuk keteguhan dan ketulusannya. Ku pikir tadinya ia berhasil karena aku pun luluh, mulai mengangabaikan cita, dan berbalik menatap cinta dengan penuh harap. Cinta itu tumbuh di hatiku, mekar dan merajai hingga tak bisa ku sangkal lagi. Aku menyerah kalah pada keteguhannya kerena tenyata ku pikir dia benar-benar menyuguhkan cinta yg tulus. Setelah semua yg terjadi, banyak perselisihan silih berganti, saat itu dia masih ada untukku. Terima kasih ku untuk hari itu.
"Oh, hari ini kami akan bertemu, pikirku dan mempersiapkan diri untuk menjelang istimewanya hari itu. Kami telah mematri janji ingin bertemu. Upaya yg sudah terlalu sering kami usahakan tapi baru kali ini akhirnya akan terwujud, kami akan bisa saling menatap binar di mata masing-masing. Blok M Square, di sanalah kami akan memulai semuanya kembali, atau setidaknya itu lah yg ada dipikiranku, krn selama ini aku sudah berusaha memalingkan wajah tapi yang ku lihat selalu dia sedang tersenyum penuh harap padaku. Maka, dengan harapan baru dan perasaan tak menentu aku meninggalkan rumah siang itu. Gaya casual dengan t-shir putih dan short pants hitam aku mulai menjelang hari dengan harapan yang sebenarnya tak terlalu muluk. Aku ingin bertemu, menumpahkan rindu yang menggebu dan meyakini bahwa dia masih memiliki binar cinta di matanya. Dan memang, setelah melewati traffic yang tak pernah lancar di kota itu serta penantian yang cukup menjemukan, dia muncul. Datang bersama seorang sahabat prianya yang dulu pernah menyatakan cinta padaku - sungguh pria itu terlihat kikuk hari itu. Tapi aku tak teralihkan. Ketika itu mata, pikiran dan hatiku hanya tertuju padanya, pada betapa berbedanya dia secara fisik dengan jerawat-jerawat mungil menghiasi wajahnya yg tetap ceria. Dia tampak lebih dewasa dari pada terakhir kali aku menatapnya. Sedikit kikuk namun perbauran kami berjalan lancar dalam prores reuni hati saat itu, walau pun sepertinya ada hati lain yg tak wajar diam-diam berdebar diantara kami. Aku hanya tertuju pada wanita yg selama ini bertahan mencintaiku dari jauh entah dimana pun dia berada hingga kini dia ada di hadapanku. Aku bisa melihat cinta itu di matanya. Hari berlalu bersama aku yang terlihat nyaman hanya dengan menggandeng tangannya. Tak banyak yang ku ucapkan selain hanya sesekali menatapnya lekat dan menikmati getar kasih dari suaranya yang ceria bercerita tentang dunia pada temannya. Tanganku bicara sudah cukup banyak dalam genggamannya untuk kami.
Kemesraan rasanya bertahan hingga malam menjelang. Ia mengundangku menginap di hotel tempat ia bertahan di kota ini untuk beberapa hari. Aku salah tingkah sekaligus bersemangat membayangkan betapa dalam kemesraan dan kasih sayang yang bisa kami selami selagi dunia terlelap. Tapi aku terhenyak menyadari bahwa ada hati lain yang berdebar dan tetap terabaikan. Jadi langkah kami terbatas hanya pada kemesraan yang pantas, itu positif. Sungguh tak ada niat 'busuk' atau sentilan pikiran ingin memanfaatkan keadaan. Ini cinta dan hanya akan berjalan di track yang benar-benar dilandasi oleh kasih sayang yang tulus. Tidak ada 'setan' walau pun di sana ada 'yang ke tiga' ketika itu. Dan dia tampak begitu perhatian, penuh kasih dan memahami aku kala itu. Aku mulai berpikir, rasa sesal atas apa yg telah ku lewatkan dari cinta yang dia tunjukkan selama ini mulai mengiris hati menyuburkan rasa cinta yg kini mulai berdaun hijau dengan kuncum bunga berwarna hijau pucat mulai menyembul dari ujung rantingnya. Aku tersentuh dan efeknya meresap perlahan ke segenap sudut hati bagai air yg menyegarkan merembes ke segenap jiwa. "Beginikah jatuh cinta yang sebenarnya?" pikirku dan mulai nyaman dengan sensasi itu. Dia telah melakukan segalanya untukku dan cukup setia menungguku di halte tersunyi di jalan hidupku yg tak pernah pasti. Dia selalu di sana kapan pun aku mencarinya, menantiku dengan cinta tanpa tahu pasti kapan aku akan kembali. Semua itu, dan bayangan kelelahan dari pertualangan yang tak berujung menyadarkanku. Bahwa ada sesuatu tentang wanita ini, ia telah menggenggam cinta itu apa pun dan kemana pun ia pergi. Berjuang menepis penghakiman, cemoohan dan mengatasi terpaan kemungkinan-kemungkinan memilukan yang bisa saja mengikis hatinya dan menerbangkan cinta itu dari hatinya. Tapi ia bergeming, bertahan demi aku. Bukti cinta apa lagi yg harus ku cari dari hati wanita semulia itu, sungguh tak akan ada lagi yg lebih baik. Aku menampar kesadaranku sekuat yang aku bisa dan memecut hatiku yang terlena menyadarinya. Dan semakin ku gali hatiku semakin ku yakini bahwa cinta sejati pun telah tumbuh untuknya. Hatiku tak lagi sama, sekerontang ketika aku menggumuli hati wanita dengan cinta palsu dan menjamahi materi mereka dengan nafsu. Entah bagaimana datangnya, ada sensasi bahagia bertahan di hati ketika indra merasakan arti hadirnya atau bahkan hanya ketika pikiranku membayangkan dia. Mungkin ini lah keagungan cinta yang didengung-dengungkan para pujangga dan legenda. Kemana saja kau selama ini duhai cinta, kenapa tak pernah singgah di hatiku?
Yang paling membuatku luluh hingga kebekuan hatiku pecah menjadi percikan-percikan api cinta adalah ketika suasana menjadi begitu dramatis menjelang perpisahan kami. Setelah keintiman nyata yang kami habiskan sepanjang malam kini tiba saatnya untuk kami terpaksa harus berpisah lagi. Memang berat rasanya melepas keindahan semalam menguap bersama embun pagi yang terepaposasi kehangatan sinar matahari yang semakin kentara. Ia sudah mengepak segalanya, dan teman ketiga yg menjadi ganjalan sepanjang hari dari kemaren sudah lama pergi. Saat dia harus mengucapkan pisah dengan hati berat tak terbantahkan. Ia memelukku erat dalam diam dan aku mendekapnya penuh makna dgn perasaan tak menentu. Kami berciuman, dan bibir kami bergumul dalam keharuan yg semakin mengharukan. Dan ia menangis dalam rasa manis yang menjalar dari saraf di bibir kami yg saling mengangut erat penuh kerinduan. Aku bahkan bisa merasakan asin air matanya dari ciuman kami yang masih erat menjerat hati...
After all these years she has colored my day with flowers of love but now it ends. Pupus sudah mimpi yang tadi ku bangun dengan harapan. Aku sudah akan hidup dalam mimpi itu tapi harapan direnggut paksa dari genggamanku, tak menyisakan apa-apa selain hati yang patah, berdarah dan kehampaan. Dia lah cinta yang selama ini ku cari di antara puing-puing jiwa, lebih berpengaruh, mempesonakan, membahagiakan, dan tadinya ku harap akan menjadi pelabuhan terakhir dari petualangan romansa dalam samudera kehidupan yang luas dan menyesatkan ini. Tapi takdir berkata lain, kesempurnaan cinta yang tampak menjanjikan menjadi kabur tertutup embun dingin sisa hujan semalam. Sungguh ironis, dia pergi karna hatinya sudah terbagi ketika hatiku siap ku beri seutuhnya. Cintaku yang berharga tumbuh berdigdaya dan sekarang terbuang sia-sia.
Empat, lima tahun berlalu tanpa terasa bersama cita cinta, dan air mata terkuras tak berguna. Rasanya kisah ini bergulir begitu lama, sedari hatiku tak punya apa-apa hingga ku rasa akan berakhir bahagia. Kasih tumbuh dan menggila merajai hati yang dulu hampa namun hilang hanya dalam sekejap mata. Tadinya ia indah dgn cinta yg berbinar di matanya, menatapku dengan setia dan mengikuti langkahku hingga ke ujung dunia dimana aku berupaya mencari makna hidup dan kehidupan di dunia nyata. Kala itu hatiku selalu punya tempat untuk pulang walau pun ragaku tersesat diantara rumitnya hidup jauh dari orang-orang yg peduli, jauh dari jangkauan tangannya yg terbuka ingin memelukku dengan mesra penuh harap. Pikiranku terhibur walau kesulitan hidup menderaku silih berganti tanpa belas kasihan. Dia tampak begitu anggun dengan setangkai cinta yang mekar menebarkan aroma surga di genggamannya. Dan aku seakan mengabaikannya karena aku larut dalam pencarianku yg tak berujung, membinggungkan dan tak akan pernah mudah. Aku tak berhasil mendapatkan posisiku, sebentuk makna hidup dalam kehidupan yang semakin rumit dan tak lagi bisa diartikan dgn sederhana. Ketekunanku pada jalan dimana aku berusaha membangun cita tanpa sengaja telah membuat aku telah mengabaikan cinta. Mengesampingkan dia yg berdo'a dan setia untuk ku. Tapi pada akhirnya itu menjadi ujian dan pengujian cinta untuk keteguhan dan ketulusannya. Ku pikir tadinya ia berhasil karena aku pun luluh, mulai mengangabaikan cita, dan berbalik menatap cinta dengan penuh harap. Cinta itu tumbuh di hatiku, mekar dan merajai hingga tak bisa ku sangkal lagi. Aku menyerah kalah pada keteguhannya kerena tenyata ku pikir dia benar-benar menyuguhkan cinta yg tulus. Setelah semua yg terjadi, banyak perselisihan silih berganti, saat itu dia masih ada untukku. Terima kasih ku untuk hari itu.
"Oh, hari ini kami akan bertemu, pikirku dan mempersiapkan diri untuk menjelang istimewanya hari itu. Kami telah mematri janji ingin bertemu. Upaya yg sudah terlalu sering kami usahakan tapi baru kali ini akhirnya akan terwujud, kami akan bisa saling menatap binar di mata masing-masing. Blok M Square, di sanalah kami akan memulai semuanya kembali, atau setidaknya itu lah yg ada dipikiranku, krn selama ini aku sudah berusaha memalingkan wajah tapi yang ku lihat selalu dia sedang tersenyum penuh harap padaku. Maka, dengan harapan baru dan perasaan tak menentu aku meninggalkan rumah siang itu. Gaya casual dengan t-shir putih dan short pants hitam aku mulai menjelang hari dengan harapan yang sebenarnya tak terlalu muluk. Aku ingin bertemu, menumpahkan rindu yang menggebu dan meyakini bahwa dia masih memiliki binar cinta di matanya. Dan memang, setelah melewati traffic yang tak pernah lancar di kota itu serta penantian yang cukup menjemukan, dia muncul. Datang bersama seorang sahabat prianya yang dulu pernah menyatakan cinta padaku - sungguh pria itu terlihat kikuk hari itu. Tapi aku tak teralihkan. Ketika itu mata, pikiran dan hatiku hanya tertuju padanya, pada betapa berbedanya dia secara fisik dengan jerawat-jerawat mungil menghiasi wajahnya yg tetap ceria. Dia tampak lebih dewasa dari pada terakhir kali aku menatapnya. Sedikit kikuk namun perbauran kami berjalan lancar dalam prores reuni hati saat itu, walau pun sepertinya ada hati lain yg tak wajar diam-diam berdebar diantara kami. Aku hanya tertuju pada wanita yg selama ini bertahan mencintaiku dari jauh entah dimana pun dia berada hingga kini dia ada di hadapanku. Aku bisa melihat cinta itu di matanya. Hari berlalu bersama aku yang terlihat nyaman hanya dengan menggandeng tangannya. Tak banyak yang ku ucapkan selain hanya sesekali menatapnya lekat dan menikmati getar kasih dari suaranya yang ceria bercerita tentang dunia pada temannya. Tanganku bicara sudah cukup banyak dalam genggamannya untuk kami.
Kemesraan rasanya bertahan hingga malam menjelang. Ia mengundangku menginap di hotel tempat ia bertahan di kota ini untuk beberapa hari. Aku salah tingkah sekaligus bersemangat membayangkan betapa dalam kemesraan dan kasih sayang yang bisa kami selami selagi dunia terlelap. Tapi aku terhenyak menyadari bahwa ada hati lain yang berdebar dan tetap terabaikan. Jadi langkah kami terbatas hanya pada kemesraan yang pantas, itu positif. Sungguh tak ada niat 'busuk' atau sentilan pikiran ingin memanfaatkan keadaan. Ini cinta dan hanya akan berjalan di track yang benar-benar dilandasi oleh kasih sayang yang tulus. Tidak ada 'setan' walau pun di sana ada 'yang ke tiga' ketika itu. Dan dia tampak begitu perhatian, penuh kasih dan memahami aku kala itu. Aku mulai berpikir, rasa sesal atas apa yg telah ku lewatkan dari cinta yang dia tunjukkan selama ini mulai mengiris hati menyuburkan rasa cinta yg kini mulai berdaun hijau dengan kuncum bunga berwarna hijau pucat mulai menyembul dari ujung rantingnya. Aku tersentuh dan efeknya meresap perlahan ke segenap sudut hati bagai air yg menyegarkan merembes ke segenap jiwa. "Beginikah jatuh cinta yang sebenarnya?" pikirku dan mulai nyaman dengan sensasi itu. Dia telah melakukan segalanya untukku dan cukup setia menungguku di halte tersunyi di jalan hidupku yg tak pernah pasti. Dia selalu di sana kapan pun aku mencarinya, menantiku dengan cinta tanpa tahu pasti kapan aku akan kembali. Semua itu, dan bayangan kelelahan dari pertualangan yang tak berujung menyadarkanku. Bahwa ada sesuatu tentang wanita ini, ia telah menggenggam cinta itu apa pun dan kemana pun ia pergi. Berjuang menepis penghakiman, cemoohan dan mengatasi terpaan kemungkinan-kemungkinan memilukan yang bisa saja mengikis hatinya dan menerbangkan cinta itu dari hatinya. Tapi ia bergeming, bertahan demi aku. Bukti cinta apa lagi yg harus ku cari dari hati wanita semulia itu, sungguh tak akan ada lagi yg lebih baik. Aku menampar kesadaranku sekuat yang aku bisa dan memecut hatiku yang terlena menyadarinya. Dan semakin ku gali hatiku semakin ku yakini bahwa cinta sejati pun telah tumbuh untuknya. Hatiku tak lagi sama, sekerontang ketika aku menggumuli hati wanita dengan cinta palsu dan menjamahi materi mereka dengan nafsu. Entah bagaimana datangnya, ada sensasi bahagia bertahan di hati ketika indra merasakan arti hadirnya atau bahkan hanya ketika pikiranku membayangkan dia. Mungkin ini lah keagungan cinta yang didengung-dengungkan para pujangga dan legenda. Kemana saja kau selama ini duhai cinta, kenapa tak pernah singgah di hatiku?
Yang paling membuatku luluh hingga kebekuan hatiku pecah menjadi percikan-percikan api cinta adalah ketika suasana menjadi begitu dramatis menjelang perpisahan kami. Setelah keintiman nyata yang kami habiskan sepanjang malam kini tiba saatnya untuk kami terpaksa harus berpisah lagi. Memang berat rasanya melepas keindahan semalam menguap bersama embun pagi yang terepaposasi kehangatan sinar matahari yang semakin kentara. Ia sudah mengepak segalanya, dan teman ketiga yg menjadi ganjalan sepanjang hari dari kemaren sudah lama pergi. Saat dia harus mengucapkan pisah dengan hati berat tak terbantahkan. Ia memelukku erat dalam diam dan aku mendekapnya penuh makna dgn perasaan tak menentu. Kami berciuman, dan bibir kami bergumul dalam keharuan yg semakin mengharukan. Dan ia menangis dalam rasa manis yang menjalar dari saraf di bibir kami yg saling mengangut erat penuh kerinduan. Aku bahkan bisa merasakan asin air matanya dari ciuman kami yang masih erat menjerat hati...
SOCIALIZE IT →