"Arrrgh.. bisa gila aku dibuatnya."
Sungguh aku tak lagi mampu mengendalikan persepsi. Seperti terbius efek visiotropika yg memabukkan, mengaburkan naluri dan mengedurkan logika. Mengeluh nelangsa menatap nestapa, melenguh sengsara menyaksikan asa dicerca takdir. Pusing berpusing. Berputar berayun dalam pemikiran yg berpendar lemah mengaburkan eksistensi. Dan aku seakan tidak sanggup menuai harapan dari ladang janji yg terbentang pasti. Semakin jauh ku gapai menyusud dalam kancah obsesi yang sembrawut. Dan makin jauh tersesat di antara spektrum-spektrum jiwa yang membelit. Ah, semakin aneh. Atau mungkin aku memang sudah gila?
"Tidur.. Ayo, tidurlah. Jajaki keelokan negeri dongeng yang indah laksana nirwana."
Tapi imajinasi liarku seakan mengaum menakutkan, melepaskan teror ke udara. Bergema ganas di ruangan tempat aku telentang terjaga, membuat ngeri kelelahan yang tersurut mundur bersembunyi di relung raga. Dan menciutkan nyali sang malam yang biasanya penuh keberanian menjanjikan damainya dunia mimpi berhias elegi. Hah!
"Nina bobo oh nina bobo.."
Hahaha.. Senandung merdu keriduan yang berupaya menghipnotis jiwa sentak terhenti teredam. Berganti gema ngilu kesadaranku yg terbahak mencela, terpingkal berguling menertawai kerapuhan tekad yang semburat. Keangkuhannya menguar memadatkan udara malam yg semakin dingin menyonsong pagi. Dan gemuruh hujan pun ikut serta menyeringai mengguyur dunia, bergabung dalam kehebohan pesta meminimumkan suhu ke level yang menyiksa.
"1..2..3..4..5..6..7..8..9......"
Buyar. Domba-domba imaginatif yg gelisah berlarian riuh di hamparan padang anganku. Menjauh tak beraturan. Berseliweran di antara semak-semak rimbun berdaun jarum. Perlahan-lahan wollnya yg putih berpendar pudar menjadi abu-abu dan mengabur hilang dalam hitungan yang tak pernah terselesaikan. Sungguh usaha yang sia-sia.
Mmh.. Tak tahu bagaimana harus menvisualkannya. Atau apakah mungkin bisa? Tapi, rasanya ada sentakan impulse elektrik yang mengalir spontan menyebar di setiap neuron otakku. Seperti sengatan berjuta lebah berdengung mehisap paksa sisa kesadaran. Mengancam, mencekam, dan berjinjit tak bersuara dalam setiap relung memori. Menciptakan bayangan-bayangan gelap menakutkan di setiap langkah kegelisahan menelusuri kerumitan sistem sarafku. Hening tapi memekakan, meninggalkan jejak berkabut yang menutupi kosentrasi. Berbuih membuncah kepekatan imajinasi. Oh, kegalauan ini membiusku. Dan aku masih tersadar dibayangi gamang yang semakin menjadi. Terjaga menatap kegelapan pekat dalam kungkungan sunyi. Membuatku bertarung melawan angan hingga bisikan fajar mulai membangunkan bumi. Astaga! Hampir pagi. Dan aku masih menelusuri mimpi-mimpi sadar yang bergulir tanpa henti.
Dalam keputusasaan berupaya, dera sang waktu telah meninggalkan bilur-bilur biru di relung jiwaku. Menaburkan benih siksa di ragaku yang semakin tertatih menapaki harapan. Dan aku terhenyak. Dewi malam melambai centil meninggalkan aku yg masih bergumul melawan kesadaranku.
"Insomnia sialan! Kau sudah membuatku melewatkan kemegahan dunia mimpi yang menjanjikan."



![Validate my Atom 1.0 feed [Valid Atom 1.0]](valid-atom.png)
SOCIALIZE IT →