Ini dia kisah lama yang sengaja di-refresh kembali. Aku semata-mata hanya ingin bernostalgia dengan masa lalu yang seru. Masa ketika siaran sebagai announcer di radio. Oh.. Aku kangen banget siaran lagi.
Belakangan job sebagai announcer memang sedikit monoton, same brand new day again and again. But aku sudah semangat nungguin hari ini. Soalnya si Bos (orangnya botak abadi, ga pernah bosan dengan gaya cepak bak tentara habis dibajak.. hahaha) bilang akan ada anak baru yang akan di-training. Yah, aku semangat dong, wajah baru bakal hadir di antara kita yang memang sudah pada usang (terutama si Botak tadi tuh). Dengan gaya super keren and super canggih aku nge-job seperti biasa, and pas nyampe di studio Miss Sekre kita ngenalin anak baru tadi ke gue. Tu anak baru udah ngejogrok dari tadi di ruangan itu dengan sikap yang extra-sopan. Wah, aku lumayan kecewa karena sebelumnya yang kebayang adalah ni cewek bakal secantik Luna Maya, secara ga jarang orang ngegosipin aku mirip Ariel Peterpan (alah!). Tapi dia lumayanlah, masih punya idumg, mata, telinga and indra lainnya yang bikin orang-orang tetap betah memandangnya, walo tidak dengan mulut terbuka dan liur berurai karena terpana.
So, dengan berlagak sok senior aku nyalamin ni anak, seramah yang ku bisa. Pastinya senyum sudah ku pasang jauh-jauh hari untuk melengkapi ketampananku yang bisa dikategorikan level model lah (hihi.. Aku sudah dilatih intensif untuk selalu bernarsis-ria seperti ini oleh senior ku terdahulu). Nah, mulailah aku ngajakin anak baru ini untuk masuk ruangan siaran tercinta, tempat aku selalu ngocol sendiri sepanjang tahun. Studio ini merupakan ruangan kedap suara. So, AC adalah instrumen utama yg paling kucinta dalam ruangan ini, setelah komputer, micropfon gede (segede tinju Holifield waktu ngalahin Tyson). Dan begitu pintu ditutup, mulailah ketidaknyamanan terkuak. Ternyata cewek ini grogian and ga pede dengan kemampuan ngomong yang kaku. Nah dia juga ga terbiasa terkena AC karena suka langsung masuk angin. Maunya AC dimatiin. Ya ga mungkin dong, secara tu ruangan kedap, bahkan kalo aku 'macam-macam' aja and doi teriak histeris minta tolong ga bakal ada yg denger dari luar (tapi ya ga mungkinlah aku seperti itu, ini kan pengandaian :p). Alhasil aku maksa ngidupin AC walau dengan level dingin yang ga kentara. And benar aja, doi mulai bersin-bersin dan masang jacket seakan-akan bakal turun salju aja tuh di ruangan. Ya jadi susah dong, karena kita mo on-air. Ya, dengan kesabaran penuh aku tetap bersemangat ngajarin new comer ini tekhnis dan style siaran. Aku harus sibuk nyari labaan tuk ngeles ke pendengar karna doi dengan uniknya siaran sambil bersin-bersin-ria. Mulai dari flu burung sampai ke flu kuda habizs tuntas dibahas, padahal kita lagi ngebawain sesi request. Nah, ketika jeda iklan, total saja aku ngabur nyari sedikit udara segar tuk cerahkan suasana hati. Dan doi pun menambahkan keunikan hari itu dengan mengoleskan minyak kayu putih unyuk atasi masuk anginnya (ketahuan kan bukan orang pintar, karena orang pintar minumny Tolak Angin). Jadilah ruang siaran berasa kamar nenek-nenek di panti jompo. Udah panas, pengap karena bau minyak kayu putih, dan doi tetap malu-malu untuk berkreasi dengan kata-kata mem-back up ketidaknyamanan yang telah tercipta. Dan bayanganku dengan anak baru yang seru, bisa dilabain and fun pun lenyap tak berbekas. Tapi aku tetap menghadapi doi dengan senyum termanis dan terikhlas yang bisa ku berikan dengan usaha keras (mengingat semua keunikan yang diciptakan doi dan keajaibanya). Dan hari itu pun siaran berasa menjengkelkan dan sangan lama. Waktu seakan berkawan dengan kegelisahan mencemooh mood siaranku hari itu. Tapi ya sudahlah, memaklumi adalah sifat yang mulia, dan dia memang pantas dimaklumi karena dia anak baru yang masih harus banyak belajar. Seperti aku dulu. Hmm...Sungguh hari yg aneh.
So, dengan berlagak sok senior aku nyalamin ni anak, seramah yang ku bisa. Pastinya senyum sudah ku pasang jauh-jauh hari untuk melengkapi ketampananku yang bisa dikategorikan level model lah (hihi.. Aku sudah dilatih intensif untuk selalu bernarsis-ria seperti ini oleh senior ku terdahulu). Nah, mulailah aku ngajakin anak baru ini untuk masuk ruangan siaran tercinta, tempat aku selalu ngocol sendiri sepanjang tahun. Studio ini merupakan ruangan kedap suara. So, AC adalah instrumen utama yg paling kucinta dalam ruangan ini, setelah komputer, micropfon gede (segede tinju Holifield waktu ngalahin Tyson). Dan begitu pintu ditutup, mulailah ketidaknyamanan terkuak. Ternyata cewek ini grogian and ga pede dengan kemampuan ngomong yang kaku. Nah dia juga ga terbiasa terkena AC karena suka langsung masuk angin. Maunya AC dimatiin. Ya ga mungkin dong, secara tu ruangan kedap, bahkan kalo aku 'macam-macam' aja and doi teriak histeris minta tolong ga bakal ada yg denger dari luar (tapi ya ga mungkinlah aku seperti itu, ini kan pengandaian :p). Alhasil aku maksa ngidupin AC walau dengan level dingin yang ga kentara. And benar aja, doi mulai bersin-bersin dan masang jacket seakan-akan bakal turun salju aja tuh di ruangan. Ya jadi susah dong, karena kita mo on-air. Ya, dengan kesabaran penuh aku tetap bersemangat ngajarin new comer ini tekhnis dan style siaran. Aku harus sibuk nyari labaan tuk ngeles ke pendengar karna doi dengan uniknya siaran sambil bersin-bersin-ria. Mulai dari flu burung sampai ke flu kuda habizs tuntas dibahas, padahal kita lagi ngebawain sesi request. Nah, ketika jeda iklan, total saja aku ngabur nyari sedikit udara segar tuk cerahkan suasana hati. Dan doi pun menambahkan keunikan hari itu dengan mengoleskan minyak kayu putih unyuk atasi masuk anginnya (ketahuan kan bukan orang pintar, karena orang pintar minumny Tolak Angin). Jadilah ruang siaran berasa kamar nenek-nenek di panti jompo. Udah panas, pengap karena bau minyak kayu putih, dan doi tetap malu-malu untuk berkreasi dengan kata-kata mem-back up ketidaknyamanan yang telah tercipta. Dan bayanganku dengan anak baru yang seru, bisa dilabain and fun pun lenyap tak berbekas. Tapi aku tetap menghadapi doi dengan senyum termanis dan terikhlas yang bisa ku berikan dengan usaha keras (mengingat semua keunikan yang diciptakan doi dan keajaibanya). Dan hari itu pun siaran berasa menjengkelkan dan sangan lama. Waktu seakan berkawan dengan kegelisahan mencemooh mood siaranku hari itu. Tapi ya sudahlah, memaklumi adalah sifat yang mulia, dan dia memang pantas dimaklumi karena dia anak baru yang masih harus banyak belajar. Seperti aku dulu. Hmm...Sungguh hari yg aneh.
SOCIALIZE IT →