
Setelah Waktu 10 tahun berjalan, ternyata si pemuda tadi telah melupakan ramalan yang pernah ia tanyakan, meski terkadang dia merasakan kehidupannya semakin hari semakin parah, namun toh ia enjoy menikmatinya. Keadaan ini bisa dikategorikan pada sebuah teori yang dikenal sebagai teori ”efek toilet”. Pernahkah anda mengamati ketika anda sedang buang air di toilet pertama kali pasti mencium bau kotoran kita namun tidak lebih dari 3 menit, hidung kita telah menyesuaikan diri dan tidak lagi mencium aroma kotoran kita. Atau bagaimana mata kita menyesuaikan pencahayaan yang minim ketika kita memasuki tempat yang gelap. Pertama-tama kita akan merasa buta sesaat akibat transisi dari tempat terang, kemudian lama kelamaan mata kita akan menyesuaikan pencahayaan minim tersebut dan kita kembali dapat melihat walau agak samar karena penerangan yang kurang.
Teori efek tersebut rasanya nyaris seperti hidup yang kita rasakan, hidup miskin sebagian rakyat negeri ini. Misalkan bagi yang merasakan kemiskinan itu sebenarnya tidak lah sesengsara seperti yang kita bayangkan. Kemiskinan sebenarnya hanyalah sebuah keadaan yang terkadang memang terasa tidak adil jika mengalami perbandingan. Namun seperti paparan teori diatas, bahwa kemiskinan terasaberat ketika kita harus menyesuaikan prinsip hidup dengan keadaan tersebut, terlebih ketika kita adalah orang yang terbiasa dengan keadaan yang seba ada atau kaya. Orang-orang kaya pun sebenarnya biasa-biasa saja menikmati hidupnya karena baginya hidup yang ia rasa serba kecukupan merupakan kodisi biasa yang memang harus ia jalani. Semua itu hanyalah sebuah culture shock karena memiliki prisip, pemahaman dan gaya hidup yang kontras atau berbanding terbalik dengan keadaan yang dialami. Seperti itulah, kesulitan hidup sebenarnya bisa diatasi. Kita analogikan kesulitan itu sebagai 'bau toilet' atau 'keadaan gelap' dalam hidup kita yang pada waktunya akan bisa teratasi tanpa harus panik dan terus mengeluh menghadapinya.
Teori efek tersebut rasanya nyaris seperti hidup yang kita rasakan, hidup miskin sebagian rakyat negeri ini. Misalkan bagi yang merasakan kemiskinan itu sebenarnya tidak lah sesengsara seperti yang kita bayangkan. Kemiskinan sebenarnya hanyalah sebuah keadaan yang terkadang memang terasa tidak adil jika mengalami perbandingan. Namun seperti paparan teori diatas, bahwa kemiskinan terasaberat ketika kita harus menyesuaikan prinsip hidup dengan keadaan tersebut, terlebih ketika kita adalah orang yang terbiasa dengan keadaan yang seba ada atau kaya. Orang-orang kaya pun sebenarnya biasa-biasa saja menikmati hidupnya karena baginya hidup yang ia rasa serba kecukupan merupakan kodisi biasa yang memang harus ia jalani. Semua itu hanyalah sebuah culture shock karena memiliki prisip, pemahaman dan gaya hidup yang kontras atau berbanding terbalik dengan keadaan yang dialami. Seperti itulah, kesulitan hidup sebenarnya bisa diatasi. Kita analogikan kesulitan itu sebagai 'bau toilet' atau 'keadaan gelap' dalam hidup kita yang pada waktunya akan bisa teratasi tanpa harus panik dan terus mengeluh menghadapinya.
Terkadang kenyataan memang tak selalu seperti yang kita harapkan, untuk itu, kita harus selalu siap terhadap semua kemungkinan. Mental yang adaptatif sangat diperlukan untuk menghadapi kekerasan hidup yang kadang tidak terduga. Sebenarnya yang terpenting dalam hidup adalah bagaimana kita bisa mensyukuri yang kita punya dan menikmatinya, karena dengan bersyukur rasanya kenikmatan itu akan terus bisa kita nikmati. Dan ketakutan-ketakutan yang tidak perlu terhadap perubahan hidup yang sedrastis apapun akan bisa dihadapi dengan penuh syukur, bahagia dan tetap tersenyum. Semoga...

SOCIALIZE IT →