Alkisah, pada suatu masa seorang sahabat, Ci'i (Lili Wahdini) kembali dari Jakarta dengan alasan yang belum diketahui kebenarannya. Sesampai di Padang, do'i langsung mampir ke Bukit Tinggi untuk menjemput Culeh (Sulastri) karena menurut info dari seseorang yang menyatakan bahwa Culeh sekarang eksis di Bukit Tinggi. Jadi akhirnya hari itu Ci'i datang bersama Culeh dari Bukit Tinggi ke Padang. Kita--gue, Jack and Riko--sudah janjian bakal nungguin Ci'i di MIGO (kalo ada yang ga tau MIGO email aja ke gue hehehe..) untuk reunian. Sikat cerita kemudian kita ketemuan di mall, jalan-jalan, kangen-kangenan and ngobrol-ngobrol seru. Trus, kita sempetin juga tuk 'window shoping' and ngambilin beberapa barang oke yang benar-benar kita sudah idam-idamkan dengan pikiran Ci'i bakalan menraktir kita ngebayar tuh belanjaan, secara dia kan dah kerja dan baru pulang dari Jakarta. Skenarionya sih gitu). Setelah puas keliling-keliling and ngeraup barang-barang favorit, kita langsung ke kasir bareng-bareng. Nyampe di counternya semua ngumpulin tuh barang belanjaan untuk dihitung si kasir. Tapi anehnya (bagi Ci'i sih aneh banget) cuma Ci'i seorang yang ngeluarin dompet, yang lainnya mah nyante-nyante aja sambil sibuk celingak-celinguk mengamati keramaian and sok santai. Kontan Ci'i langsung nanya;
"Ga pada mo bayar tuh blanjaan?"
"Loh! Kan Ci'i yang nraktirin kita", jawabku dengan tampang inosens andalanku.
"Sebanyak ini...!?" Ci'i kaget.
"Yaaa.. Uang Ci'i mana cukup, orang duit cash cuma segini.." seru Ci'i sambil ngeluarin semua duit di dompetnya. Kita semua ngelirik ke segepok duit yang ada di genggaman Ci'i. Waduh...
"Trus gimana dong...? Aku ga punya duit juga untuk semua ini". Sela Culeh sambil nyodorin belanjaan yang didominasi oleh barang kosmetik.
Suasana diam sejenak, semua saling bertukar pandang dengan tampang sangat berharap ada yang bakalan bayarin semua itu. Sementara para pramuniaga menunggu sambil bengong ngeliatin kita. Setelah beberapa saat tetap ga ada yang ngasih solusi yang berarti, Ci'i pun bicara memecah kesunyian diantara sikap kita yang mulai kikuk.
"Oke, gini aja. Ci'i juga ga jadi aja belanjanya, biar kita semua sama-sama ga belanja. Adilkan...?!"
Semua mata menatap Ci'i dengan kecewa dan sambil manyun ngumpulin semua barang untuk dikembalikan ke tempatnya. Dan kasir yang tadi dah semangat mo menghitung belanjaan tersebut mengumpat pelan dengan raut wajah antara kesal dan mencemooh. Kita cuma nyengir tengsin and langsung pergi dari tempat itu sesegera mungkin dengan langkah yang tergesa menjauhkan diri dari pandangan menusuk orang disekitar kasir itu..
Sambil ketawa geli kita semua keluar dari swalayan itu. Masing-masing kami berusaha menganalisa kejadian itu dengan kritikan den ejekan yang membuat kami semakin riuh diantara kerumunan pengunjung mall tersebut. Sambil tetap saling bercerita dan tertawa kami meneruskan langkah berencana ke foodcourt untuk nyantai and minum. Tapi sebelumnya kita udah pastikan dengan berdiskusi seru terlebih dahulu soal pembayaran. Alhasil, Ci'i lagi lah yang jadi tumbal (tetap dengan alasan yang sama--yang paling gede, dah kerja and baru pulang rantau). Dan tak punya pilihan karena kalah suara, Ci'i setuju, yah, setidaknya kalo untuk nraktir minum cappucino Ci'i sangguplah.. Tapi kita temanin Ci'i ke ATM dulu (heran aja kenapa tadi ga kepikiran soal pergi ke ATM tuk bayarin tuh blanjaan, tapi malah malu-maluin).
Berjalan menuju foodcourt sambil ngeceng and bercanda, kita ngelewatin segerombolan preman dengan rambut kribo awut-awutan lagi nongrong. Awalnya Culeh sok histeris ketakutan bakal digodain tuh preman (dia selalu yakin kalo dia selalu menarik perhatian orang-orang karena tampangnya yang mirip dengan Dian Sastro. Memang mirip sih.. dikit). Tapi, ternyata Jack ngenalin salah satu dari mereka, and dia tak lain adalah Dedi Martha, teman kampus kita yang memang nyentrik dengan kekriboannya, rocker maniak, and rada dekil dengan kulit itemnya yang khas (hahaha, piss Ded!). Jack manggil tuh anak, and dia nyamperin kita sambil pamitan sama gerombolannya yang ga kalah nyentriknya. Ternyata dia pengen ngikut, tapi kita ga da yang setuju (terlihat dari kegelisahan mendadak dan tatapan cemas masing-masing kita satu sama lain. Pokoknya jadi kikuk gitu deh). Dan kita putuskan untuk nolak keikutsertaannya and langsung kita tinggal pergi aja. Sementara si Dedi-nya takjub termangu and kecewa berat melihat kepergian kita yang mendadak...
To be ontinued...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)




![Validate my Atom 1.0 feed [Valid Atom 1.0]](valid-atom.png)
SOCIALIZE IT →