Dalam perbauran budaya bangsa yang semakin masif dimana arus globalisasi tak lagi dapat di bendung, dan semakin meng-globalnya sifat individualisme ternyata masih banyak sisa-sisa kemanusiaan bertahan di antara kemunafikan dan ego personal penghuni Bumi. Dan memang itu lah yang dibutuhkan ketika sebagian orang di belahan bumi terujung mengerang lirih meratapi ketidak-beruntungan mereka. Ada banyak manusia yang merintih pilu dengan luka dan duka karena ditinggal orang-orang tercinta dalam kecamuk perang, bencana dan prahara. Nasib dunia memang semakin memilukan. Ketimpangan kebijakan dan kesenjangan ekonomi secara global menciptakan masalah-masalah kemanusiaan yang tiada habisnya. Di tambah lagi dengan agenda-agenda politik dunia yang complicated dan lebih serin
g menciptakan polemik dari pada mensejahterakan banyak bangsa di dunia, terutama negara-negara dunia ke-tiga. Singkat kata, masih sangat diperlukan usaha maksimal untuk menyelaraskan kemajuan dengan kemakmuran bagi bangsa-bangsa tertinggal. Afrika, Amerika, Asia, dan bahkan Eropa, masih membutuhkan perpaduan empati untuk menyelamatkan banyak jiwa di persada Bumi.
g menciptakan polemik dari pada mensejahterakan banyak bangsa di dunia, terutama negara-negara dunia ke-tiga. Singkat kata, masih sangat diperlukan usaha maksimal untuk menyelaraskan kemajuan dengan kemakmuran bagi bangsa-bangsa tertinggal. Afrika, Amerika, Asia, dan bahkan Eropa, masih membutuhkan perpaduan empati untuk menyelamatkan banyak jiwa di persada Bumi.
Ada banyak cara mengapresiasikan kepedulian untuk membantu sesama secara fisik maupun moral. Diantaranya, banyak muncul gerakan-gerakan sosial, relawan dan komunias-komunitas massa yang memperjuangkan nasib orang-orang tertindas karena kebijakan, fakta dan bencana Tak terkecuali para pelaku seni, terutama musisi yang mengaktualisasikan kreativitas mereka dalam meniti tangga nada demi sebuah keindahan. Dari zaman Beatles yang melegenda, aksi solidaritas sudah menjadi titik ukur kepedulian para pelaku seni yang memperjuangkan kemanusiaan. Tidak hanya bantuan secara fisik, tapi juga bantuan secara moril yang menitikberatkan upaya untuk mengangkat moralitas orang-orang yang mengalami kesengsaraan karena perang, bencana, atau pun karena kerasnya persaingan dunia, dimana banyak orang yang terlindas justru karena efek dari kemajuan itu sendiri. Dengan musik, para musisi dunia berupaya menyatukan persepsi dalam menegakkan kemanusiaan yang makin tertatih dilanda kapitalisme, individualisme, dan agresi/kolonialisasi. Dan memang kekuatan musik sangat universal untuk menyatukan ide dan kreativitas demi mengangkat nilai-nilai kemanusiaan. Pesan-pesan moral dan ajakan massa diilustrasikan dengan lirik-lirik yang menyentuh yang dapat menggerakkan hati terkeras sekali pun. Dan, para musisi juga kerap bersatu membangun ide untuk membantu dengan menggalang tupaya, tenaga dan dana demi membantu sesama. Terlepas dari maksud dan tujuan personal, upaya untuk menggerakkan empati dengan nada-nada memang sudah terbukti fungsional dalam mengkampanyekan kemanusiaan. Berikut ini adalah beberapa single yang pernah hits sebagai lagu yang didedikasikan sebagai bantuan moral dan materil bagi masyarakat yang sengsara karena hal-hala yang berbeda.

Performed by John Lenon
Imagine adalah sebuah lagu oleh John Lennon, yang muncul dalam albumnya, Imagine yang terbit pada 1971. Lagu ini diciptakan oleh Phil Spector, diedarkan sebagai sebuah terbitan tunggal pada tahun yang sama, dan mencapai tangga lagu ke-3 dalam Billboard Amerika, dan ke-6 di Britania Raya. Pada 2004, majalah Rolling Stone memilih Imagine sebagai lagu ketiga terbaik sepanjang masa. Bekas presiden AS, Jimmy Carter mengatakan, "Di banyak negara di seluruh dunia — saya dan istri saya telah mengunjungi sekitar 125 negara — kita dapat mendengar lagu ImagineLennon in America, karya Geoffrey Giuliano, Lennon berkomentar bahwa lagu ini adalah "sebuah lagu anti agama, anti nasionalistis, anti konvensional, anti kapitalistis, tetapi karena kata-katanya diperhalus, lagu ini dapat diterima." Lennon juga melukiskannya sebagai "praktis sebuah Manifesto Komunis". Liriknya diduga diilhami oleh harapan-harapan Lennon akan dunia yang lebih damai, meskipun asal-usulnya tidak dapat diketahui dengan pasti. Pada 1963 Lennon mengarang lirik lagu I'll Get You dengan kata-kata pembukaan, Imagine I'm in love with you, it's easy cause I know (bayangkan aku jatuh cinta padamu, mudah bukan, karena aku tahu itu). Bait pertama lagu Imagine kelihatannya merupakan pengolahan kembali kata-kata ini. Namun refrain lagu ini mungkin sebagian diilhami oleh puisi Yoko Ono, sebagai reaksi terhadap masa kanak-kanaknya di Jepang di masa Perang Dunia II. Menurut The Guardian, versi-versi paling awal dari refrain lagu ini dapat ditemukan dalam buku Ono, Grapefruit (1965). Di situ ia menulis kata-kata seperti, imagine a raindrop (bayangkan tetes hujan yang jatuh) dan imagine the clouds dripping (bayangkan awan-awan menetes) dimainkan hampir sama seringnya dengan lagu kebangsaan.
Single Imagine sering diidentikan dengan "nyanyian untuk para korban perang", karena lagu ini menjadi satire tersendiri bagi perang yang dari zaman Perang Dunia I, Perang Dunia II hingga sekarang telah menyebabkan banyak korban jiwa, dan menimbulkan kesengsaraan yang nyata bagi masyarakat sipil. Lagu ini sering dikumandangkan ketika perang Telauk pecah di Timur Tengah yang menimbulkan kesengsaraan nyata bagi rakyat negeri tersebut.
Single ini merupakan lagu paling populer di dunia. Hasil survei menunjukan bahwa banyak penikmat musik dunia memilih lagu Heal the World menjadi lagu bertema kemanusiaan terfavorit sepanjang masa. Lagu ini juga meninggalkan pesan anti-rasisme di dunia. Michael pun pernah mengatakan kepada fansnya bahwa lagu ini adalah lagu ciptaannya yang paling ia banggakan. Maka tidak heran kalau banyak orang memilih lagu ini sebagai lagu bertema kemanusiaan favoritnya. Dalam acara penghormatan terakhirnya di Staples Centre, Los Angeles, 7 Juli 2009 lalu dua lagu ini terus dikumandangkan, yang membuat banyak penggemarnya menumpahka air mata mengiringi kepergian seorang maestro, King of Pop Michael Jackson.
Dari tayangan-tayangan di televisi kita sering mendengar lagu ini dijadikan sebagai backsound untuk acara-acara kemanusiaan dan film-film dokumenter tentang bencana dan krisis lingkungan. Nyata sekali lagu ini merupakan himbauan bagi penduduk bumi untuk lebih memperhatikan lingkungan demi kehidupan yang lebih baik. Karena dari zaman ke zaman manusia sudah mendominasi Bumi dan secara tidak langsung sudah merubah wujud Bumi menjadi lebih buruk untuk ditinggali. Kalau pengrusakan ini tidak segara dihentikan dengan menghentikan ekploitasi yang dapat merusak lingkungan dan ekosistem. So, lets heal the world.
Dari tayangan-tayangan di televisi kita sering mendengar lagu ini dijadikan sebagai backsound untuk acara-acara kemanusiaan dan film-film dokumenter tentang bencana dan krisis lingkungan. Nyata sekali lagu ini merupakan himbauan bagi penduduk bumi untuk lebih memperhatikan lingkungan demi kehidupan yang lebih baik. Karena dari zaman ke zaman manusia sudah mendominasi Bumi dan secara tidak langsung sudah merubah wujud Bumi menjadi lebih buruk untuk ditinggali. Kalau pengrusakan ini tidak segara dihentikan dengan menghentikan ekploitasi yang dapat merusak lingkungan dan ekosistem. So, lets heal the world.
Performed by various 25 artists
Written by Michael Jackson dan Lionel Richie
Sebuah video berjudul "We Are The World 25" diputar perdana sehari sebelum hari Valentine 2010, di mana 80 bintang top Hollywood ikut andil dalam video ini. Video ini merupakan aksi solidaritas dari para musisi untuk membantu korban gempa bumi berskala 7.0 memporakporandakan Haiti. Muncul di cover lagu termasuk musisi top Barbara Streisand, Celine Dion dan Janet Jackson. "We Are The World 25" merupakan lagu yang diaransemen kembali dari lagu aslinya yang diciptakan Jacko dan Lionel Richie untuk membantu korban kelaparan di Ethiopia akbibat gejolak politik pada 1984 hingga 1985. Dana yang terkumpul dari lagu ini mencapai 63 juta dolar. .Lagu ini dirilis dalam rangka usaha pengumpulan dana yang hasilnya akan disumbangkan bagi pembangunan Haiti. Sederet artis lain yang ikut berpartisipasi dalam video ini seperti Jennifer Hudson, Nicole Scherzinger, Josh Groban, LL Cool J, Nick Jonas, Lil Wayne, Jeff Bridges, Kanye West, Miley Cyrus dan musisi AS asal Haiti, Wyclef Jean. Video ini juga menampilkan almarhum Michael Jackson, yang menulis lirik We Are The World bersama Lionel Richie, diikuti video Janet Jackson yang menyanyikan versi gubahannya. Sayangnya, tidak seperti Olimpiade, ini bukanlah benar-benar inisiatif global di mana "seluruh planet bernyanyi bersama." Yang terjadi adalah daftar top Hollywood. Di mana perwakilan musik dunia? Ada beberapa seniman luar dari Haiti seperti Wyclef Jean, yang telah menetap di Amerika sejak berusia sembilan tahun. Namun mengapa tidak ada musisi dari Asia, Timur Tengah, Afrika, atau yang lebih dekat seperti Jamaika, Republik Dominika, atau Kuba? Ini bukan sekadar hiburan atau cerita selebriti. Para seniman tersebut, mungkin satu-satunya cara yang mereka ketahui bagaimana membantu adalah dengan menggalang dana. Beberapa selebriti lain juga ada yang terjun ke lokasi bencana dan menyumbangkan sebagian kocek pribadinya, sebagian waktunya, seperti Sean Penn, kepada organisasi-organisasi penyalur. Bahayanya adalah bahwa kita percaya bahwa terkadang uang dan niat baik akan menyelesaikan semua masalah di sana. Jutaan dolar sudah terkumpul namun program bantuan penuh dengan cacat, tidak terkoordinasi, dan bahkan sekarang, satu bulan setelah gempa, bantuan masih saja tersendat, tempat penampungan tidak memadai, dan penyebaran penyakit menular yang berbahaya seperti TBC dan tifus. Bencana ini sebenarnya memburuk, menjadikan korban selamat menderita dan trauma secara emosional maupun fisik. Sebulan kemudian, sebagian besar pemulihan masih dalam modus tanggap darurat. Tidak ada yang memperdebatkan atau kecewa karena "We Are The World 25," dan mungkin ada satu masalah yang tidak pernah terpikirkan, karena perusahaan-perusahaan saat ini cenderung memanfaatkan popularitas selebriti sebagai media komersil untuk menggenjot pendapatan mereka. Para selebriti ini dianggap sebagai media kilat dan mesin pemasaran. Hiburan dan budaya populer terus bergerak dan semakin baik namun pendidikan luas berkelanjutan pada isu-isu ini adalah yang lebih penting. Apabila kamera dapat mengemas berita, mengapa tidak dapat menyisihkan sebagian uang untuk mendukung situs web independen Relief and Reconstruction Watch, yang memonitor kegiatan yang berlangsung di Haiti. "We Are The World 25" merupakan satu dari tiga lagu yang akan dirilis untuk membantu korban gempa Haiti.
Performed and written by Michael Heart
Pada bulan Januari tahun 2009, selama perang di Gaza, Michael menulis dan merilis lagu dalam mendukung para korban sipil Palestina. Lagu itu berjudul We Will Not Go Down (Song for Gaza). Tanggapan masyarakat dunia terhadap lagu tersebut sangat luar biasa, sedikitnya lebih dari jutaan tampilan video asli di YouTube diunduh oleh begitu banyak orang. Ditambah lagi dengan ratusan video YouTube tambahan yang dibuat oleh orang lain dengan menggunakan lagu dengan video kreatif buatan para net-ter. Di sisi lain, lebih dari setengah juta orang mendownload format lagu mp3 single yang mengusung tema kemanusiaan ini (tidak termasuk yang mendownload dari situs-situs lainnya).
Lagu ini menjadi hits dan terus diputar di stasiun radio dan saluran televisi di beberapa negara, dan juga dinyanyikan banyak orang di seluruh dunia pada saat berunjuk rasa mengecam kekejaman Israel. Lagu ini pun telah diterjemahkan ke dalam lusinan bahasa . Lebih dari 500 klip baru telah dibuat oleh orang di seluruh dunia, dan ribuan website telah meng-upload klip dan lirik secara online. Berbagai ulasan pun telah dibuat di berbagai media online termasuk di social networks serta mengkonfirmasi bahwa mereka telah menyumbang untuk UNRWA, sebagaimana yang diharapkan oleh pencipta lagu ini demi membantu para korban perang di Palestina. Michael Heart pun telah menerima banyak permintaan media internasional untuk wawancara, dan ia telah menjadi selebriti baru yang memulai kemasyurannya dengan sebuah single untuk kemanusiaan.
Mengingat bahwa lagu ini didedikasikan untuk rakyat Palestina yang notabene mayoritas beragama Islam, lagu ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama. Liriknya sendiri jelas sangat kental mengilustrasikan kekejaman dan penderitaan rakyat Palestina akibat agresi Israel dalam perang yang terus berkepanjangan. Lagu ini sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan yang menggugah hati banyak orang di dunia, terutama warga muslim yang merasa bahwa ketidakadilan telah dipaksakan terhadap saudara-saudara mereka di Palestina. Lirik yang menyentuh dan irama lagu yang pelan dengan balutan musik etnis arab membuat lagu ini menjadi salah satu lagu inspirasional yang menjadi top hits dunia.
Pesan dari Michael Heart:
Pada bulan Januari tahun 2009, selama perang di Gaza, Michael menulis dan merilis lagu dalam mendukung para korban sipil Palestina. Lagu itu berjudul We Will Not Go Down (Song for Gaza). Tanggapan masyarakat dunia terhadap lagu tersebut sangat luar biasa, sedikitnya lebih dari jutaan tampilan video asli di YouTube diunduh oleh begitu banyak orang. Ditambah lagi dengan ratusan video YouTube tambahan yang dibuat oleh orang lain dengan menggunakan lagu dengan video kreatif buatan para net-ter. Di sisi lain, lebih dari setengah juta orang mendownload format lagu mp3 single yang mengusung tema kemanusiaan ini (tidak termasuk yang mendownload dari situs-situs lainnya).
Lagu ini menjadi hits dan terus diputar di stasiun radio dan saluran televisi di beberapa negara, dan juga dinyanyikan banyak orang di seluruh dunia pada saat berunjuk rasa mengecam kekejaman Israel. Lagu ini pun telah diterjemahkan ke dalam lusinan bahasa . Lebih dari 500 klip baru telah dibuat oleh orang di seluruh dunia, dan ribuan website telah meng-upload klip dan lirik secara online. Berbagai ulasan pun telah dibuat di berbagai media online termasuk di social networks serta mengkonfirmasi bahwa mereka telah menyumbang untuk UNRWA, sebagaimana yang diharapkan oleh pencipta lagu ini demi membantu para korban perang di Palestina. Michael Heart pun telah menerima banyak permintaan media internasional untuk wawancara, dan ia telah menjadi selebriti baru yang memulai kemasyurannya dengan sebuah single untuk kemanusiaan.
Mengingat bahwa lagu ini didedikasikan untuk rakyat Palestina yang notabene mayoritas beragama Islam, lagu ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama. Liriknya sendiri jelas sangat kental mengilustrasikan kekejaman dan penderitaan rakyat Palestina akibat agresi Israel dalam perang yang terus berkepanjangan. Lagu ini sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan yang menggugah hati banyak orang di dunia, terutama warga muslim yang merasa bahwa ketidakadilan telah dipaksakan terhadap saudara-saudara mereka di Palestina. Lirik yang menyentuh dan irama lagu yang pelan dengan balutan musik etnis arab membuat lagu ini menjadi salah satu lagu inspirasional yang menjadi top hits dunia.
Pesan dari Michael Heart:
Dear friends,
I have been overwhelmed by the warmth and the friendship you have all given me in response to my song for Gaza, "We Will Not Go Down". I am doing my best to go through your numerous messages, emails and comments, and ask you to kindly bear with me until I am able to do so. Please forgive me if I am not able to respond to each and everyone of you; but please also know that I really appreciate your messages.
My original intention to donate proceeds from the sale of the MP3 to charity has been complicated by technical matters; therefore, I have decided to make the song available free of charge (for personal, individual use only - all rights reserved). I would like to request that after downloading the song from this page, you kindly donate directly to a charity or an organization dedicated to alleviate the suffering of the Palestinian people. Worthy of note is UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East), which has been helping Palestinian refugees since their dispossession in 1949. Please click here to donate through them: http://www.un.org/unrwa/
Thank you for your continued encouragement of my work as a musician, for your purchases of my CD (available here), and for spreading the song, the video and the message as you have been doing. I am grateful for every demonstration of support I have received from you, and for every thought and prayer that has gone to the people of Gaza.
Sincerely,
Michael Heart
I have been overwhelmed by the warmth and the friendship you have all given me in response to my song for Gaza, "We Will Not Go Down". I am doing my best to go through your numerous messages, emails and comments, and ask you to kindly bear with me until I am able to do so. Please forgive me if I am not able to respond to each and everyone of you; but please also know that I really appreciate your messages.
My original intention to donate proceeds from the sale of the MP3 to charity has been complicated by technical matters; therefore, I have decided to make the song available free of charge (for personal, individual use only - all rights reserved). I would like to request that after downloading the song from this page, you kindly donate directly to a charity or an organization dedicated to alleviate the suffering of the Palestinian people. Worthy of note is UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East), which has been helping Palestinian refugees since their dispossession in 1949. Please click here to donate through them: http://www.un.org/unrwa/
Thank you for your continued encouragement of my work as a musician, for your purchases of my CD (available here), and for spreading the song, the video and the message as you have been doing. I am grateful for every demonstration of support I have received from you, and for every thought and prayer that has gone to the people of Gaza.
Sincerely,
Michael Heart
We Are The Champion
Performed by Queen
Written by Freddy Mercury
We Are The Champion”, justru menjadi lagu yang digunakan untuk merayakan momen kemenangan di bidang olahraga. Namun hal tersebut bisa terjadi karena kepiawaian mengolah tampilan musik yang dimiliki Freddie Mercury, sebagai sosok yang sangat dinamis dan karismatik dalam sejarah musik rock. Berkat bakat Freddie pula lah, kelompok Queen berhasil menjadi salah satu kelompok terkemuka di dunia pada pertengahan tahun 1970an.
We Are Champion yang liriknya ditulis oleh Freddy Mercury merupakan hits yang berasal dari album News of the World yang dirilis pada 1977. Bahkan kedua single dari Queen ini pernah tercatat di urutan keempat di daftar tangga lagu Amerika Serikat serta kerap digunakan sebagai lagu tema dari setiap penyelenggaraan kegiatan olahraga internasional. The Grammy Museum ini memiliki empat lain, dengan bagian terbarunya digunakan sebuah eksibisi untuk mendedikasikan karya-karya terbaik musik rock, hip hop, country, klasik, latin, R&B, dan jazz.
Queen adalah kelompok musik rock dari Britania Raya yang berjaya di tahun 70-an sampai 90-an. Bahkan sampai sekarang mereka masih terkenal, terutama karena lagu-lagunya yang sering diputar seperti "We Are the Champions", "Bohemian Rhapsody" dan "We Will Rock You". Brian May (guitarist), Freddie Mercury (vocal), John Deacon (bass), dan Roger Taylor (drums) mendirikan grup legendaris Queen di London tahun 1970.
Dari berbagai sumber.
SOCIALIZE IT →