"...seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..."Aku tersenyum sumbringah mengenang kata-kata Gibran yang telah menghipnotis sentimentalitas banyak orang, yang telah melilit hati para pecinta dengan temali emosi, ketika menatap hamparan hujan berderu menggelitik jiwa-jiwa resah. Seperti halnya aku, yang sedang memandang kosong pada pemandangan buram sore hari yang temaram ditingkahi irama rintik yang menggelitik sukma. Ah, hujan memang telah menjadi inspirasi dominan karya-karya masterpiece nan artistik yang mengungkapkan efek sentimentil ungkapan jiwa yang tercipta dalam setiap rintiknya. Ada apa dengan hujan?
There is something in the rain.
There is obviously something about the rain...
Hujan bisa sangat mempengaruhi emosi manusia. Lihat saja, betapa banyak ungkapan yang terlontar ketika ia bergemuruh membelah angkasa turun dari ketinggian menjamahi lekuk mulus tubuh bumi. Ada yang mengumpat benci karena hujan merusak banyak rencana sehingga harus batal dan tertunda. Ada euphoria, ketika ungkapan syukur disyairkan dalam doa-doa tulus pada sang pencipta demi menyambut kedatangannya. Ada tangisan rindu bersenandung sendu kala buaian irama hujan menggugah kalbu. Ada ujaran resah ketika hujan mengaburkan arah dan melemahkan mental pejuang yang berlumuran darah gelisah. Dan ada kelegaan ramah ketika hujan menghanyutkan kegalauan menjadi rona cerah pemandangan indah tanpa butir-butir debu yang tadinya menjadi residu polusi hati.
Seperti halnya aku, yang termangu resah menatap hamparan hujan sambil memilah-milah kenangan yang mungkin bisa menemani kesendirianku merasakan tetesan hujan. Hanya aku dan hujan, dan dia mengundang kenangan...
There is defenately something about the rain...
Ah, apalah istimewanya hujan? Cuma tetesan-tetesan air yang memercik dan luruh bersama permukaan di mana ia terhempas dan mengalir pasrah mencari dataran rendah untuk kemudian meresap atau terserap. Sebuah siklus alamiah yang harus dijalani penuh kerelaan tanpa bisa memilih. Lagi dan lagi ia harus rela terhempas dari ketinggian, berbaur menelusuri liku-liku bumi yang membingungkan dan kembali terevaporasi menjadi titik-titik lembut sang awan yang menggantung di cakrawala biru. Ia tak punya pilihan seberapa besar pun ia ingin memilih. Ia tak punya arah seberapa pun ia ingin menggugat marah. Ia hanya patuh mendapati dirinya berubah dari esensi yang satu ke esensi yang lainnya. Berderu jatuh menajadi hujan, mengalir dan mengambang di antara lumpur dan bebatuan, menyerah pada sang surya yang memaksanya menjadi uap berbuih dan terbang melanglang bersama sang angin berputar-putar membayangi bumi, dan kembali terkondensasi untuk luruh dan jatuh tertarik gravitasi. Ia hanya menjalani siklus pasti yang tak pasti. Dan tak ada yang luar biasa dari keberadaannya yang biasa. Namun...
There is absolutely something about the rain...
Entah berapa juta orang yang mungkin sedang termenung sendu seperti aku yg saat ini menatap titik-titik air berderu jatuh dari ketinggian. Membayang kan hal-hal yang terbayangkan atau bahkan yg jauh dari jangkauan angan. Tapi hujan jelas telah memicu emosi masif yang tadinya tergeletak manis dalam tatanan hati yang rapi. Membuka simpul-simpul kenangan yang tadinya terikat erat dalam lipatan keseriusan dan kosentrasi. Hujan telah membuat imajinasiku menari bersama irama rintiknya yang meransang. Membuat ingatanku bergoyang senang menembus batasan ruang dan waktu. Membuatku jatuh terduduk di dimensi penuh warna kilasan-kilasan kenangan maha karya ukiran zaman. Hujanlah yang membuat ketidaknyamanan hari menjadi seindah mimpi. Melepaskan jerat-jerat keseriusan dan mendongengkan kisah-kisah mengesankan dalam buku-buku kusam hadiah dari masa lalu. Terpesona akan romansa, terperanjat ngeri oleh tragedi dan bertepuk gembira bersama alur bahagia. Aku terbuai dan berayun bersama angan dan dihangatkan oleh kenyamanan mengenang pengalaman. Indah dan menggugah. Hujan membuatnya semakin cerah, kontras dengan esensi sebenarnya yang bulukan dan kusam temakan zaman atau kepatutan.
Jelas sekali, ada keistimewaan mistis pada hujan...
There's obviously something within the rhythm of the rain...
Pada kenyataannya hujan hanyalah fenomena alam, biasa dan tak ada yang mengherankan. Sebuah siklus tanpa hujung dari proses daur ulang hidrologi di atmosfer bumi. Evaporasi, awan-awan bwerarak, kondensasi dan terurai menjadi hujan. Namu, lihat betapa kesederhanaannya mempengaruhi banyak keadaan. Bayangkan jika tak ada hujan, bayangkan jika ia hanya kesan yang ditinggalkan sejarah dan tak mungkin lagi bisa dirasakan... dan bayangkan ketika engkau tengadah di tengah hujan merasakan tetesan demi tetesan rintiknya menggerus keresahanmu hingga ke jiwa. Hujan jelas menidurkan kelelahan, membangkitkan kerinduan dan menyirami gersangnya hati dan jiwa berselimut debu-debu kekerasan zaman. Di sanalah aku menemukan alasan, mengapa tetap dan harus bertahan. Karena hujan menjadikan aku bisa mengenali diriku sendiri. Memberikan kesempatan untuk kesadaranku menundukkan harga diri dan keangkuhanku. Mejinakkan ego yang biasanya liar menantang keinginan-keinginan minus kesabaran. Dan meredam amarah tersembunyi yang sewaktu-waktu bisa meledak seperti dinamit vulcano yang memendam kekuatan eksplosif maha dasyat. Yah, memang hujanlah keajaiban terlupakan yg membuat aku bisa menikmati diri sendiri. Menelusuri liku-liku kesalahan yang ku sesali dengan malu-malu...
Pada akhirnya, harus ku akui, memang ada sesuatu tentang hujan. Biasa namun sangat berkesan. Hujan menjadikan alam tetap asri bergenerasi. Hujan mengajarkan banyak filosofi. Hujan memungkinkan para pujangga mengukir mimpi. Hujan adalah harapan.
SOCIALIZE IT →