Tittle : Avatar (2009)
Genre : Action/Adventure/Sci-Fi
Production : Twentieth Century-Fox Film Corporation.
Sebenarnya dengan mediasi berbeda, konsep avatar sudah beberapa kali diaplikasikan ke dalam film-film Hollywood terdahulu. Konsep dimana manusia mempresentasikan dirinya dengan matrix, tubuh atau media lain yang menjadikan ia bisa berada pada substansi dimensi tertentu, biasanya untuk alasan mendapatkan sudut pandang yang berbeda dan lebih spesifik dari dimensi tersebut. Sebut saja film breakthrough The Matrix Trilogy (1999-2003) keluaran Warner Bros Picture yang di-direct oleh Wachausky Brothers. Di film ini, dunia manusia dianggap sebagai the matrix (tidak nyata) yang merupakan avatar masif dari setiap manusia yang sebenarnya terbelenggu dalam 'kepompong' rekayasa para mesin. Cerita yang cukup rumit di mana pikiran manusia menjadi avatar di dunia matrix sementara tubuh sebenarnya dijadikan sumber tenaga bioelektrik. Contoh lainnya, film animasi Brother Bears keluaran Disney Picturer (2003) dimana tokoh sentral Kenai (an Indian boy) dikutuk menjadi beruang karena telah membunuh seekor beruang untuk mendapatkan perspektif kehidupan berbeda sebagai ganjaran kesalahannya. Begitu juga Surogates besutan Touchstone Pictures, di mana manusia sebenarnya hanya tiduran saja (tak melakukan apa-apa), sedangkan cyborg (robot sintetik berbentuk manusa) sebagai avatar menggantikan tubuh asli menjalani aktivitas sehari-hari. Nah, konsep yang sama juga diaplikasikan dalam Avatar, tapi 'dipoles' dengan setting dan karakterisasi yang lebih imajiner menjadikannya sebuah karya yang sedap, menegangkan dan sangat indah. Sungguh hanya imajinasi super liar yang mampu memvisualisasikan sebuah konsep brilliant dan menawan seperti Avatar.
Dari segi cerita pun, sebenarnya Avatar terbilang cukup sederhana. Sebuah penjabaran visual dari pepatah sederhana yang cukup akrab di telinga kita; tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Substansi pepatah inilah yg diimplikasikan pada tokoh utama, Jake Sully (Sam Worthington) yang berjuang menemukan jati diri dalam polemik kehidupannya yang dihakimi oleh latar belakang sebagai mantan marinir yg lumpuh. Jack jadi sangat bersemangat mendapati dirinya bisa berjalan melalui avatar-nya yang bertubuh besar dan kuat tiruan dari makhluk pribumi penghuni Planet Pandora, dan berpetualang di planet yang indah itu bersama Neytiri (putri kepala Suku Na'vi penghuni asli Pandora). Dan ia menemukan ketertarikan personal yang akhirnya merubah pandangannya terhadap suku pribumi Na'vi dengan kultur dan alamnya yang super unik. Dan dia pun jatuh cinta pada prinsip hidup kaum Na'vi yang masih genuine. Secara umum pun, cerita film ini bisa dikatakan sebagai sindiran terhadap manusia yang selalu menjadi parasit bagi alam yang ditinggalinya. Menguras dan tak pernah puas hingga selalu berakhir dengan obsesi ingin menguasai, sebuah satire yang pas bagi umat manusia yang telah mengeksploitasi bumi sebagai planet biru yang indah kemudian menjadi terkontaminasi hingga hampir diambang kepunahan dan kehancuran.
Pada akhirnya, Avatar memang hanya sebuah imajinasi luar biasa yang diaplikasikan kedalam cerita yang menawan; sebuah film yang sangat kreatif. Banyak orang dan kritikus memuja film ini. Sejauh ini beberapa penghargaan elah didapat oleh film ini: Phoenix Film Critics Society Awards, Golden Globe, Critics Choice Award, dan dinominasikan sebagai film terbaik untuk Academy Awards Tahun ini dengan meraih sembilan kategori sekaligus (Best Achievement in Art Direction, Best Achievement in Cinematography, Best Achievement in Directing, Best Achievement in Editing, Best Achievement in Music Written for Motion Pictures/Original Score, Best Achievement in Sound, Best Achievement in Sound Editing, Best Achievement in Visual Effects, Best Motion Picture of the Year). Penonton memang telah tergetar oleh petualangan Jack Sully dan berdecak kagum dengan keindahan Planet Pandora dengan bulannya yang cantik dan lebih dari satu serta alamnya yang unik, indah, dan mistis (versi 3D-nya benar-benar membuat terpesona). Bravo!. terlepas dari fenomena sensasional yang dihembuskan Avatar untuk menyemarakkan perfilman Hollywod, selalu ada pelajaran yang bisa kita petik dari sebuah karya, apa lagi untuk film semegah Avatar. Manusia benar-benar harus mengkaji ulang prioritas dan pola hidupnya. Harus mulai mempertimbangkan alam dalam memperoleh kebutuhannya. Dan, jangan pernah menghakimi sesuatu sebelum benar-benar tau atau mengenali sesuatu itu apa dan bagaimana adanya. Karena kecendrungan manusia terlalu cepat mengambil kesimpulan tentang sesuatu yang baru, membuat kita sering salah mengambil keputusan. Sekali lagi, dalami pepatah sederhana ini, 'Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta.'
Note: Sebenarnya posting ini sudah pernah dimuat bersama tulisan petualangan ku 'The Journey To Avatar' ketika menonton Avatar. Tapi karena esensinya berbeda dengan tulisan tersebut, jadi aku memisahkan mejadi kategori tersendiri sebagai resensi. So, this is it. Enjoy it guys... :)
Read also:
SOCIALIZE IT →