Setiap orang membutuhkan tempat untuk mencurahkan emosi dan perasaannya tentang hidup dan segala permasalahannya. Orang bilang sahabat adalah segalanya, tempat menceritakan apa yang terjadi, dan tempat mencurahkan apa dirasakan demi meminimalisir efek psikologis dinamika hidup serta menghilangkan beban emosi yang terkadang justru membuat stress. Sahabat adalah orang yang mendapat kehomatan untuk dianugerahkan kepercayaan personal yang sulit didapat dan biasanya hanya bisa terjadi dalam interaksi menahun hubungan antara manusia-manusia yang bersahabat tersebut. Dan, karena persahabatan landasannya adalah emosi, maka tidak hanya suka cita dan bahagia saja yang akan diperoleh dari seorang sahabat, tapi juga suasana emosional lain yang menyertainya, seperti ketergantungan, kecemburuan, persaingan, dan intrik-intrik lainnya. Karena alasan emosional manusia perlu berbagi, mencurahkan isi hati, bertukar pikiran dan sebagainya dengan seseorang yang secara personal bisa mereka percaya.
Jadi apakah kamu membutuhkan seorang Sahabat?
Seberapa pentingnya sahabat buatmu?
Pengalaman apa yang pernah kamu alami dalam sebuah persahabatan?
Hubungan secara terus-menerus mengalami perubahan. Hubungan bisa tumbuh lebih dekat, hangat membahagiakan, sehat dam mendalam. Hubungan juga bisa tumbuh semakin lemah, dingin, dan lebih jauh. Semua perubahan itu menuntut kita untuk mengevaluasi kembali dan menyesuaikan pandangan kita terhadap hubungan itu dan peran kita dalam menciptakannya.
Mungkin terkesan klasik jika aku kembali mengingatkan bahwa manusia adalah makhluk sosial, tapi itu benar. Namun, alasan manusia memerlukan manusia lainnya dan hidup bersosialisasi sebenarnya adalah alasan egois, kepuasan personal. Analoginya, apa pun yang dilakukan seseorang pasti tujuan akhirnya untuk dirinya sendiri, tak terkecuali yang dilakukannya adalah suatu kebaikan untuk orang lain. Selalu, pada akhirnya adalah untuk kepuasan personal, baik itu kepuasan meteril maupun kepuasan moril.
Sejatinya persahabatan tidak hanya terjadi secara fisik. Karena persahabatan adalah kebutuhan emosional, jadi hubungan ini bisa saja terjadi melawan konteks umum yang sudah ada secara alamiah. Ini nyata, bahwa persahabatan bisa terjadi antar spesies, antar bangsa, antar dunia, dan antar dimensi. Sahabat itu tak harus tampak. Ia tak harus hadir secara fisik tapi esensi keberadaannya memberikan pengaruh yang signifikan untuk perubahan dan perkembangan personal kita. Ia bisa saja menemani, menghibur, memotivasi, dan menjadi bunga-bunga indah yang menghiasi mimpi. Dan itu bisa sja terjadi melalui dimensi apa pun. Terlebih di era globalisasi ini, dimana kesadaran kita tak hanya ada di sekitar bayangan kita tapi bisa melanglang buana hingga banyak negara dan berbagai tempat yang tak terjangku secara fisik oleh kita. Emosi semakin mengglobal, jejaringan sosial memungkinkan kita untuk mengikat emosi itu dengan oarng-orang tak berwajah yang kita temui di dunia maya. Teman-teman virtual juga bisa menjadi sahabat yang berpengaruh terhadap pribadi dan kehidupan kita. Dan pengaruh itu bisa positif bisa negatif, tergantung bagaiman kita menyikapi dan meningkatkan imunitas sosial terhadap pengaruh buruk sahabat yang jahat. Jadi, kita bisa mengatakan bahwa kita mempunyai sahabat di Malaysia, Jepang, Inggris, Australia, Amerika, dan di tempat lain yang mungkin hanya terbayangkan di dalam mimpi. Persahabatan itu universal, esensinya bisa saja seluas jagad raya.
Blog, Facebook, dan Twitter adalah sahabat, tempat mencurahkan isi hati dan pemikiran. Tempat dimana kita bisa mencurahkan emosi mengenai suasana hati kita. Kekesalan, sedih, senang, bahagia, bangga atau segala ide-ide dan pemikiran kita dari yang tidak mungkin hingga kegilaan, semua bisa kita curahkan ke dalam blog lewat tulisan–tulisan seperti prosa dan puisi, ilustrasi atau gambaran–gambaran. Kita bisa berteriak tentang ketidak adilan dan kemarahan melalui Facebook dan Twitter agar didengar banyak orang. Kita berinteraksi dan saling berkomentar untuk membina ikatan emosi yang secara tak sadar telah membuat kita membina persahabatan rumit yang hampir tak bisa dijelaskan secara sederhana. Namun yang pasti dengan adanya tempat meluapkan emosi dan curahan isi hati dan pemikiran, social-networking telah membantu kelegaan hati kita dalam berekspresi.
Semua orang yang datang dalam kehidupan kita, baik yang masih ada ataupun yang udah pergi, mereka adalah orang-orang terbaik yang dianugrahkan oleh Tuhan yang turut mengisi lembaran hidup kita. Tak peduli seberapa baik atau buruk kisah yang ditorehkannya ke dalam lembaran hidup kita, ia tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan kita. Arti hadirnya bisa membuat kita menjadi apa adanya kita saat ini, dan harus beryukur karenanya. Yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana kita bisa mengambil pembelajaran hidup yang ditorehkan oleh para sahabat agar kita bisa menjadi manusia yang lebih baik kedepannya. Karena kenyataannya hidup itu bukan hanya hari ini, ada kemaren dan juga hari esok...Dan, satu lagi pertanyaan terpenting dari semua pertanyaan di atas, APAKAH ANDA TELAH BERSAHABAT DENGAN DIRI SENDIRI?
Jadi apakah kamu membutuhkan seorang Sahabat?
Seberapa pentingnya sahabat buatmu?
Pengalaman apa yang pernah kamu alami dalam sebuah persahabatan?
Hubungan secara terus-menerus mengalami perubahan. Hubungan bisa tumbuh lebih dekat, hangat membahagiakan, sehat dam mendalam. Hubungan juga bisa tumbuh semakin lemah, dingin, dan lebih jauh. Semua perubahan itu menuntut kita untuk mengevaluasi kembali dan menyesuaikan pandangan kita terhadap hubungan itu dan peran kita dalam menciptakannya.
Jika ditanya apakah kita membutuhkan SEORANG sahabat...? Jawabnya TIDAK! Tak ada kata cukup untuk menemukan pribadi-pribadi menyenangkan di luar sana. Pribadi yang bisa membuat kita nyaman untuk berinteraksi dan berbagi. Orang-orag yang dengan senang hati bisa kita panggil teman dan bercerita tentang kehidupan kepadanya. Seperti kata orang bijak, seribu teman baru itu belumlah cukup, tapi satu musuh itu sudah terlalu banyak. Dan apakah sahabat itu PENTING? Hmm, lagi-lagi jawabannya TIDAK!. Yang terpenting adalah bagaimana menjadikan pribadi kita pantas dianggap sebagai sahabat untuk orang lain. Jadi, tak peduli seberapa banyak teman yang kita miliki tetapi kualitas personal yang bisa membuat persahabatan itu menjadi seindah pelangi. Bahkan sahabat terbaik terkadang datang dalam sosok yang selama ini kita benci. Orang-orang yang mungkin kita dianggap musuh, dengan satu alasan pasti mereka bisa menjadi sahabat yang baik untuk kita karena seringkali orang yang kita musuhi lebih jujur memberikan pernyataan mengenai diri kita. Kebenaran tentang apa adanya kita, walau pun kejujuran itu terdengar lebih menyakitkan jika datang dari orang yang mungkin kita musuhi, tetapi itu jauh lebih berguna dari sahabat yang penuh basa-basi.
Mungkin terkesan klasik jika aku kembali mengingatkan bahwa manusia adalah makhluk sosial, tapi itu benar. Namun, alasan manusia memerlukan manusia lainnya dan hidup bersosialisasi sebenarnya adalah alasan egois, kepuasan personal. Analoginya, apa pun yang dilakukan seseorang pasti tujuan akhirnya untuk dirinya sendiri, tak terkecuali yang dilakukannya adalah suatu kebaikan untuk orang lain. Selalu, pada akhirnya adalah untuk kepuasan personal, baik itu kepuasan meteril maupun kepuasan moril.
Sejatinya persahabatan tidak hanya terjadi secara fisik. Karena persahabatan adalah kebutuhan emosional, jadi hubungan ini bisa saja terjadi melawan konteks umum yang sudah ada secara alamiah. Ini nyata, bahwa persahabatan bisa terjadi antar spesies, antar bangsa, antar dunia, dan antar dimensi. Sahabat itu tak harus tampak. Ia tak harus hadir secara fisik tapi esensi keberadaannya memberikan pengaruh yang signifikan untuk perubahan dan perkembangan personal kita. Ia bisa saja menemani, menghibur, memotivasi, dan menjadi bunga-bunga indah yang menghiasi mimpi. Dan itu bisa sja terjadi melalui dimensi apa pun. Terlebih di era globalisasi ini, dimana kesadaran kita tak hanya ada di sekitar bayangan kita tapi bisa melanglang buana hingga banyak negara dan berbagai tempat yang tak terjangku secara fisik oleh kita. Emosi semakin mengglobal, jejaringan sosial memungkinkan kita untuk mengikat emosi itu dengan oarng-orang tak berwajah yang kita temui di dunia maya. Teman-teman virtual juga bisa menjadi sahabat yang berpengaruh terhadap pribadi dan kehidupan kita. Dan pengaruh itu bisa positif bisa negatif, tergantung bagaiman kita menyikapi dan meningkatkan imunitas sosial terhadap pengaruh buruk sahabat yang jahat. Jadi, kita bisa mengatakan bahwa kita mempunyai sahabat di Malaysia, Jepang, Inggris, Australia, Amerika, dan di tempat lain yang mungkin hanya terbayangkan di dalam mimpi. Persahabatan itu universal, esensinya bisa saja seluas jagad raya.
Blog, Facebook, dan Twitter adalah sahabat, tempat mencurahkan isi hati dan pemikiran. Tempat dimana kita bisa mencurahkan emosi mengenai suasana hati kita. Kekesalan, sedih, senang, bahagia, bangga atau segala ide-ide dan pemikiran kita dari yang tidak mungkin hingga kegilaan, semua bisa kita curahkan ke dalam blog lewat tulisan–tulisan seperti prosa dan puisi, ilustrasi atau gambaran–gambaran. Kita bisa berteriak tentang ketidak adilan dan kemarahan melalui Facebook dan Twitter agar didengar banyak orang. Kita berinteraksi dan saling berkomentar untuk membina ikatan emosi yang secara tak sadar telah membuat kita membina persahabatan rumit yang hampir tak bisa dijelaskan secara sederhana. Namun yang pasti dengan adanya tempat meluapkan emosi dan curahan isi hati dan pemikiran, social-networking telah membantu kelegaan hati kita dalam berekspresi.
I don’t need a friend who changes when I change and who nods when I nod; my shadow does that much better...
Semua orang yang datang dalam kehidupan kita, baik yang masih ada ataupun yang udah pergi, mereka adalah orang-orang terbaik yang dianugrahkan oleh Tuhan yang turut mengisi lembaran hidup kita. Tak peduli seberapa baik atau buruk kisah yang ditorehkannya ke dalam lembaran hidup kita, ia tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan kita. Arti hadirnya bisa membuat kita menjadi apa adanya kita saat ini, dan harus beryukur karenanya. Yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana kita bisa mengambil pembelajaran hidup yang ditorehkan oleh para sahabat agar kita bisa menjadi manusia yang lebih baik kedepannya. Karena kenyataannya hidup itu bukan hanya hari ini, ada kemaren dan juga hari esok...
Kebayoran, Jakarta June 2nd, 2011
SOCIALIZE IT →