Rasanya masih terpatri alunan paparan gambar-gambar artistik tentang cerita hidup dan cinta singkat yang dialami Tyler Hawkins bersama kekasihnya Ally Craig dalam Remember Me; menyentuh, mengharukan, menggmaskan, sekaligus mengejutkan... Damn, I love it.
Genre : Drama
Released : March 2010
Distributor : Summit Entertainment
Director : Allen Coulter
Producer : Trevor Engelson, Nick Osborne, Erik Feig
Script : Will Fetters, Jenny Lumet
Budget : US$20 million
Cast : Robert Pattinson, Caitlyn Rund,Moisés Acevedo, Emilie de Ravin, Noel Rodriguez,Lena Olin, Pierce Brosnan,Kevin P. McCarthy, Chris Cooper, etc...
Aktor muda yang sedang diidolakan remaja, Robert Pattinson kembali meramaikan industri hiburan lewat film terbaru berjudul Remember Me. Sebuah drama romantis yang dikemas dengan nuansa yang berbeda, sebut saja sebuah kejutan yang membuat anda ber 'ooaah...' sudah disiapkan pada akhir ceritanya. Ditambah lagi film bergenre drama romantis ini dibintangi oleh Robert Pattinson yang sebelumnya menjadi perbincangan hangat para penikmat film dunia karena aksinya yang menarik perhatian sebagai vampir yang cool dan romantis di film adaptasi novel tetrologi Twilight Saga karya Stephenie Meyer, (Twilight, New Moon, Eclipse, dan Breaking Down). Namun berbeda dengan Twilight, dalam film ini Pattinson akan beradu akting dengan aktor kawakan Pierce Brosnan. Jadi bisa dibayangkan film ini akan cukup menarikwalau pun hanya dinilai dari para pemainnya saja. Pada saat tayang perdana (premiere) film tersebut belum lama ini, ratusan penggemar aktor tampan itu sudah memadati sekitar 'red carpet'. Para penggemar Pattinson mayoritas perempuan yang histeris ingin melihat lebih dekat pemeran Edward Cullen dalam film Twilight.
Remember Me berkisah tentang Tyler Hawkins (Robert Pattinson), seorang mahasiswa berusia 21 tahun yang masih belum bisa melupakan kematian bunuh diri kakaknya, Michael. Dan Ally Craig (Emelie de Ravin) yang menyaksikan pembunuhan terhadap Ibunya di stasiun kereta bawah tanah, ketika ia baru berusia 11 tahun.
Soal akting, sebenarnya tak ada masalah yang terlalu parah. Seperti biasa Pierce Brosnan berakting dengan baik meski aksen Amerikanya masih perlu sedikit perbaikan. Emilie de Ravin dan Robert Pattinson juga bermain bagus meski yang sedikit jadi masalah mungkin adalah chemistry antara dua karakter utama ini yang kurang kokoh. Yang menarik justru adalah kenyataan bahwa Pattinson bermain lebih bagus dalam film ini ketimbang saat ia menjadi vampir dalam Twilight. Rasanya akting Pattinson leh ciamik dan hidup ketimbang di film yang membuat namanya melambung itu. Memang perwujudan karakter Tyler dalam film ini tak bisa dibilang original karena sejujurnya melihat Pattinson di sini jadi mengingatkan pada gaya klasik remaja-remaja pemberontak karena brokenhome. Tapi ia berhasil memerankanya secara natural walau kesan cool yang telah melekat padanya tak sepenuhnya bisa dikikis pada karakter Tyler (terasa agak tergeneralisasikan denga karakter di Twilight).
Kisah seperti ini bukan terbilang baru dalam film-film bergenre sama di ranah Hollywood. Kisah senada terbersit dalam film yang pernah dibintangi Keanu Reeves di Sweet November, juga pada Film yang dibintangi Kelvin Klein di film Here On Earth. Film-film yang 'berbau kematian dengan balutan kesedihan pada akhir cerita. Tapi dengan kesan gloomy seperti ini, penonton seakan diajak untuk larut dalam kesedihan yang pada akhirnya memberikan suatu pemahaman bahwa hidup tak selalu berakhir bahagia seperti cerita dingeng dan kebanyakan film lainnya. Bahwa kebahagian hidup itu tak abadi dan berlangsung selamanya karena makna hidup sebenarnya akan didapat dari fluktuasi barometer hidup yang turun naik. Untuk itu kita diharapkan arif dalam menyikapi permasalahan kehidupan, siap dengan semua kemungkinan dan tidak larut dalam keadaan apapun yang dipersembahkan hidup yang fana. Pada film Remember Me misalnya, kisah ini mengingatkan kita untuk menghargai waktu yang kita jalani dengan orang-orang yang kita cintai. Karena seberapa pun waktu yang kita punya, ia tak akan pernah bisa diulang jika kita mengammbil sikap yang salah dalam menghabiskannya. Bukan apa atau bagaimana, tapi bersama siapa kita melewatkan waktu tersebut, dan pada akhirnya, seberapa berkualitas kita mengisinya dengan orang-orang yang kita sayangi.
Dan satu perspektif baru pun bisa diasumsikan dari kisah film ini. Ending yang menghubungkan kematian Tyler dengan tragedi 9/11 bisa dibilang sebuah seremonial (berkenaan dengan peringatan korban peristiwa tragis pengeboman di menara WTC). Tapi jika kita mau arif menilai ceritanya, rasanya kita bisa menilai bahwa tragedi tersebut tidak harus dipandang sebagai sebuah tragedi yang membangkitkan dendam (seperti apa yang kebanyakan orang Amerika suarakan terhadap terosrisme dengan menyudutkan umat muslim dunia secara sepihak). Bahwa tragedi bisa terjadi kapan pun dan pada siapa pun, tak peduli apakah ia terlibat atau tidak dengan esensi kejadian tersebut. Jika anda berada pada tempat yang salah untuk tujuan yang benar, rasanya jika kematian yang anda hadapi pada akhirnya, anda tetap akan dikenang sebagai orang yang dicintai. Memberikan kesadaran pada orang yang anda sayangi bahwa anda sebenarnya layak dicintai. Walau sayang jika anda harus mati baru bisa menbuat orang yang anda sayangi peduli dan menyadari bahwa anda pantas diperhatikan dengan cinta. Kematian selalu memberikan banyak nuansa, termasuk menyadarkan kita akan cinta. Subhanallah...
Biar sajak-sajak bersalut perak bergetaran dan menyejukkan jiwaku;
Terbangkan dawai-dawai harpa dan singkapkan tabir lara hatiku.
Nyanyikanlah masa-masa lalu seperti engkau memandang fajar harapan dalam mataku,
kerana makna ghaibnya begitu lembut bagai ranjang kapas tempat hatiku berbaring.
Hapuslah air matamu, saudaraku,
dan tegakkanlah kepalamu seperti bunga-bunga menyemai jari-jemarinya menyambut mahkota fajar pagi.
Lihatlah Kematian berdiri bagai kolom-kolom cahaya antara ranjangku dengan jarak infiniti;
Tahanlah nafasmu dan dengarkan kibaran kepak sayap-sayapnya.
Dekatilah aku, dan ucapkanlah selamat tinggal buatku.
Ciumlah mataku dengan seulas senyummu.
Biarkan anak-anak merentang tangan-tangan mungilnya buatku dengan kelembutan jemari merah jambu mereka;
Biarkanlah Masa meletakkan tangan lembutnya di dahiku dan memberkatiku;
Biarkanlah perawan-perawan mendekati dan melihat bayangan Tuhan dalam mataku,
dan mendengar Gema Iradat-Nya berlarian dengan nafasku.
Terbangkan dawai-dawai harpa dan singkapkan tabir lara hatiku.
Nyanyikanlah masa-masa lalu seperti engkau memandang fajar harapan dalam mataku,
kerana makna ghaibnya begitu lembut bagai ranjang kapas tempat hatiku berbaring.
Hapuslah air matamu, saudaraku,
dan tegakkanlah kepalamu seperti bunga-bunga menyemai jari-jemarinya menyambut mahkota fajar pagi.
Lihatlah Kematian berdiri bagai kolom-kolom cahaya antara ranjangku dengan jarak infiniti;
Tahanlah nafasmu dan dengarkan kibaran kepak sayap-sayapnya.
Dekatilah aku, dan ucapkanlah selamat tinggal buatku.
Ciumlah mataku dengan seulas senyummu.
Biarkan anak-anak merentang tangan-tangan mungilnya buatku dengan kelembutan jemari merah jambu mereka;
Biarkanlah Masa meletakkan tangan lembutnya di dahiku dan memberkatiku;
Biarkanlah perawan-perawan mendekati dan melihat bayangan Tuhan dalam mataku,
dan mendengar Gema Iradat-Nya berlarian dengan nafasku.
...Remember me.
udah nonton yee... udah lama... hahhaa
BalasHapus@fajar: Syukur lah... Setuju kan dengan resensi ku. Kurasa itu lah yang bisa diperoleh dari kisah singkat Tyler dan Ally. Tragis...
BalasHapus